Lihat ke Halaman Asli

Kemiskinan, Banyak Anak dan Rantai Tak Terputus

Diperbarui: 24 September 2024   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kondisi dimana seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar hidupnya atau istilah lainnya kemiskinan. Pendapatan orang miskin menurut Bank Dunia hanya Rp 48.000 perhari. Mereka paling banyak mengalokasikan pendapatannya hanya untuk makan sehari-hari. Bahkan ada juga upah hari itu untuk makan di hari yang sama, tidak ada makanan untuk esok apalagi simpanan uang.

Keadaan ekonomi seperti itu tidak menyurutkan masyarakat miskin untuk memiliki anak. Anjuran keluarga berencana, dua anak lebih baik jarang mereka ikuti. Mindset yang mereka pegang banyak anak banyak rejeki, setiap anak ada rejekinya masing-masing. Walaupun untuk makan saja mereka mungkin hanya cukup tidak sampai berlebihan.

Kemiskinan identik dengan edukasi dan tingkat pendidikan yang rendah. Kebanyakan orang miskin menikah muda sebab mereka memang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Belum lagi ada pemikiran dengan banyak anak orang tua akan aman di usia tidak produktif. Sebab ada banyak anak yang akan dengan sukarela memberi mereka uang nantinya.

Anak bagi warga miskin adalah salah satu yang bisa mereka banggakan ke orang lain sebab memang tidak ada yang bisa mereka banggakan kalau urusan harta.

Kenapa masyarakat miskin anaknya banyak, sebab seks adalah salah satu hiburan gratis tanpa biaya yang bisa mereka lakukan. Keputusan untuk ber KB pun atau merencanakan kehamilan mutlak di pegang suami, istri tidak punya pilihan. Orang miskin kurang teredukasi tentang pentingnya menjaga jarak anak dan memiliki anak yang berkualitas di masa depan nanti.

Hal-hal di atas juga yang menyebabkan rantai kemiskinan tak terputus, kemiskinan struktural akan terus terjadi. Pendidikan bagi warga miskin tidak jadi hal yang utama untuk mereka, akses ketrampilan minim yang menyebabkan keterbatasan peluang kerja untuk mereka.

Anak orang miskin yang sudah bekerja kebanyakan akan menjadi sandwich generation. Bertanggungjawab membantu orangtua, membiayai adik-adiknya sekolah dan membiayai dirinya sendiri.

Uang yang dia dapatkan habis , tanpa bisa menabung, berinvestasi untuk masa depan dan banyak kesempatan baik yang terlewati karena dia punya tanggung jawab besar.

Kebanyakan masyarakat miskin akan terjebak dengan lingkaran tersebut dan susah untuk memutusnya. Pentingnya Masyarakatnya  sendiri untuk memahami dan lebih bijaksana ketika mereka sudah berkeluarga. Kebutuhan anak di jaman sekarang bukan hanya makan tapi pendidikan yang baik, akses kesehatan, ketrampilan untuk menunjang masa depan. Mindset bahwa anak nanti tidak wajib membantu ekonomi orangtua sebab si anak tentu sudah punya kehidupannya sendiri. Jangan berpatokan banyak anak banyak rejeki tapi bagimana caranya punya anak yang berkualitas yang membuat mereka bisa memutus rantai kemiskinan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline