Pada tanggal 30 Oktober 2022 para Mahasiswa PMM 2 INBOUND Universitas Pendidikan Indonesia melaksanakan kegiatan kebhinekaan yaitu mengunjungi Kampung Adat Cirendeu. Kampung ini terletak di RT 10, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Jawa Barat.
Kampung Adat Cirendeu sudah berdiri selama 20 tahun. Masyarakat kampung ini berkeyakinan Sunda wiwitan yang merupakan sebuah keyakinan atau pemahaman sederhana yang berasal dari agama leluhur dan berpegang teguh pada kalimat berbeda pengakuan tetapi harus sepengertian.
Menurut mereka Tuhan tidak bisa di dongenkan dan diceritakan karena Tuhan itu Esa dan sifatnya Private. Adapun dasar dalam keyakinan Sunda Wiwitan yaitu kasih sayang, tahu tata Krama, Budi usuk pada orang tua, Kesopanan, dan Budi daya (gerak tubuh saat melewati orang yang sedang duduk dan disertai ucapan punten atau permisi).
Cara beribadah masyarakat Sunda Wiwitan adalah bersimedi disertai dengan ucapan tertentu. Menurut masyarakat Kampung Cirendeu "agama adalah pekerjaan, sedangkan hubungan dengan Tuhan mereka adalah dengan olah rasa atau bersimedi".
Selain itu mereka juga berpendapat bahwa berhubungan dengan Tuhan itu tidak mengenal ruang, tempat dan waktu dan ibadah itu adalah healing atau selalu mengingat dan melakukan yang baik.
Ciri khas dari Kampung Cirendeu yaitu menjadi singkong sebagai bahan makanan pokok. Masyarakat tidak pernah mengkonsumsi beras atau nasi sehingga mereka dapat hadiah berupa piagam dari pemerintah yang dikenal dengan kedaulatan bahan pangan.
Latar belakang kenapa masyarakat kampung Cirendeu tidak mengkonsumsi beras disebabkan para penjajah Belanda merampas bahan pokok beras. Untuk meminimalisir keadaan tersebut masyarakat Cirendeu melarang untuk mengkonsumsi beras dan menggunakan singkong sebagai makanan pokok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H