Lihat ke Halaman Asli

NI KADEKARI

mahasiswa

Kopling (Kopi Keliling) Tepi Sawah: Bisnis Low Budget Bersinergi Dengan Alam

Diperbarui: 18 Desember 2024   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Akhir-akhir ini bisnis kopi keliling semakin berkembang di Indonesia dengan konsep sederhana yang memikat para pencinta kopi. Salah satu ide kreatif yang menarik perhatian adalah "Kopling (Kopi Keliling) Tepi Sawah," sebuah usaha kecil yang mengedepankan harmoni dengan alam dan menawarkan pengalaman unik menikmati kopi di tengah hamparan sawah. Contoh yang bisa dilihat belakangan ini adalah maraknya tempat ngopi sederhana di sekitar daerah Tabanan, Bali, yang dikenal sebagai lumbung berasnya Bali. Nyarik Kopi salah satunya. Berlokasi di Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan yang sempat viral hingga orang-orang rela mengantri berjam-jam untuk sekedar menikmati kopi ditemani pemandangan sawah hijau. Selain menyuguhkan cita rasa kopi yang khas, konsep ini juga menghadirkan suasana pedesaan yang tenang dan menyegarkan.

Mengapa Kopling Tepi Sawah?

Berbeda dengan kafe modern yang menonjolkan desain interior mewah, Kopling Tepi Sawah menyuguhkan pengalaman alami dengan lokasi di area persawahan. Konsep ini ideal bagi pengusaha dengan modal terbatas karena tidak membutuhkan biaya besar untuk sewa tempat atau renovasi bangunan. Keindahan alam pedesaan menjadi daya tarik utama, menciptakan suasana unik yang sulit ditemukan di perkotaan.

Dengan semakin tingginya minat terhadap wisata berbasis alam dan gaya hidup berkelanjutan, Kopling Tepi Sawah menjawab kebutuhan konsumen akan tempat bersantai yang ramah lingkungan. Usaha ini menggunakan peralatan portabel dan bahan lokal, sehingga tetap efisien sekaligus mendukung keberlanjutan.

Kunci Keberhasilan Bisnis Low Budget

Pemilihan lokasi strategis di tepi sawah yang mudah diakses oleh wisatawan atau penduduk lokal menjadi faktor utama keberhasilan bisnis ini. Lokasi dekat tempat wisata alam atau jalur trekking akan menarik lebih banyak pengunjung. Menu yang ditawarkan sederhana, seperti kopi tubruk, es kopi susu, dan camilan tradisional, dengan biji kopi lokal yang mendukung perekonomian petani sekitar.

Investasi pada peralatan portabel seperti grinder manual, French press, dan kompor kecil menekan biaya operasional. Penggunaan meja dan kursi lipat menjadikan usaha ini fleksibel dan mudah dipindahkan. Selain itu, konsep ramah lingkungan diwujudkan melalui pengurangan plastik sekali pakai, seperti menggunakan gelas kertas atau bambu dan sedotan alami. Dokumentasi pemandangan sawah dan aktivitas pengunjung dapat menjadi konten menarik untuk dipromosikan di media sosial, terutama Instagram.

Bersinergi dengan Alam

Keunggulan utama Kopling Tepi Sawah adalah kemampuannya menyatu dengan alam. Pengusaha dapat bekerja sama dengan petani untuk menyewa atau memanfaatkan lahan sawah yang tidak digunakan. Selain itu, pengunjung sering diajak untuk lebih menghargai alam melalui edukasi tentang proses menanam padi atau menjaga kebersihan lingkungan.

Kopling Tepi Sawah juga dapat menjadi ruang edukasi dan komunitas. Dengan mengadakan acara seperti workshop membuat kopi atau pelatihan daur ulang, usaha ini semakin memperkuat citranya sebagai bisnis yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat.

Dalam masyarakat Bali sendiri, sinergi dengan alam merupakan salah satu pengamalan atas konsep Tri Hita Karana bagian Pawongan. Tri Hita Karana adalah Tiga Penyebab Kebahagiaan, dengan menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama manusia, serta alam dan lingkungan. Simbiosis bisnis Kopling dengan alam, yaitu sawah, dengan menjaga kelestariannya sebagai penunjang daya tarik bagi pelanggan merupakan contoh nyata bagaimana bisnis ini mendukung kearifan local.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline