Lihat ke Halaman Asli

Hubungan Antara Otak dengan Bakat

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Otak sebagai salah satu unsur yang menyusun akal (potensi berpikir) manusia, dilihat dari segi anatominya tidaklah berbeda pada setiap individu.  Manusia memiliki otak  yang sama.  Tidak ditemui adanya perbedaan dari segi pemikiran, yang disebabkan oleh perbedaan daya serap indera dan informasi yang diperolehnya serta perbedaan tingkat kekuatan nalar.  Setiap otak manusia memiliki daya pikir terhadap sesuatu yang ditunjang oleh empat unsur yaitu otak itu sendiri, informaasi yang diperoleh, fakta yang dapat ditangkap indera dan panca indera.  Tidak ada bakat khusus pada otak sebagian manusia, yang tidak terdapat pada manusia yang lain.  Perbedaan yang ada dalam otak hanyalah dalam kekuatan nalar dan kekuatan daya serap indera.  Kekuatan ini tak ubahnya seperti kekuatan yang terdapat dalam mata ketika melihat sesuatu atau telinga dalam mendengarkan suara.  Oleh karena   itu setiap orangdapat diberi pengetahuan apapun.  Otak memiliki 'bakat' untuk memahaminya.

Otak memiliki tiga tingkatan, yaitu: reptilian brain untuk mengatur fungsi utama tubuh seperti denyut jantung dan pernapasan, mengatur reaksi seseorang terhadap bahaya atau ancaman. Yang kedua yaitu sistem limbic berperan dalam mengatur kebutuhan akan keluarga, strata social, emosi yang mendalam dan rasa memiliki, juga mengatur memori jangka panjang yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran didalamnya terdapat sytem limbic yang akan menentukkan otak mana yang akan aktif, otak reptil atau otak neo cortex. Dalam system limbic yang terdiri dari amygdala, hippocampus, thalamus, dan hypothalamus, dan selanjutnya adalah otak neocortex, bagian ini dapat aktif dan digunakan untuk berpikir dengan baik apabila kita dalam keadaan senang, dan rileks. Otak neo cortex adalah 80% dari bagian otak, jadi apabila kita ingin berpikir dengan baik dan maksimal maka belajarlah dalam keadaan senan, bahagia,dan rileks.

Pengalaman-pengalaman menyenangkan dan eksperimen akan dapat menstimuli pelepasan kimiawi neotransmiter yang dapat memudahkan anak belajar dan mengembangkan pegalaman belajarnya sehingga anak akan lebih mudah untuk menerimanya. Semakin besar penguasaan pengetahuan sebelumnya, maka semakin besar pula terjadinya pengalaman dalam pembelajaran. Untuk itu dalam mendidik anak, digunakan metode pembelajaran yang menyenangkan dan dalam lingkungan yang kondusif agar dalam pembelajaran anak akan belajar secara maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline