Lihat ke Halaman Asli

Ni Putu Nandini

Mahasiswa Undiksha

Merayakan Galungan Dari Balik Jendela

Diperbarui: 9 November 2021   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat Hindu melaksanakan hari raya Galungan setiap 210 hari mengikuti kalender Bali yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan,hari raya Galungan adalah peringatan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan). Setiap perayaan Galungan saya dan keluarga selalu merayakannya dengan meriah bersama keluarga besar,sembahyang bersama,memasak bersama,bermain dan bercengkrama dengan keluarga besar serta kegiatan yang membangun kembali keharmonisan dan kebersamaan sebuah keluarga,namun berbeda dengan Galungan kali ini. Keluarga kecilku yang terdiri dari ayah,ibu,aku dan adikku tidak bisa merayakan Galungan seperti biasanya,hal ini terjadi karena aku,ayah dan adikku sakit. Kebetulan yang aneh dimana kami bertiga sakit tepat sehari sebelum Galungan,hanya ibu yang tidak sakit dan ia kewalahan mendampingi kami bertiga yang sama-sama tidak bisa beraktivitas normal dan ceria seperti biasa.

 Seminggu sebelum Galungan,aku dan ibuku mempersiapkan banten atau perlengkapan yang akan digunakan nanti saat Galungan,hari itu aku bilang pada ibu bahwa aku tidak sabar untuk pergi ke kampung halaman untuk bertemu keluarga besar terutama keponakan-keponakanku yang lucu untuk bermain dan menghabiskan liburan bersama,karena hal itulah yang biasa kami lakukan,apalagi saat kami sekeluarga memasak bersama,ada yang memotong rempah,mengulek bumbu,menggoreng daging,membuat adonan kue ,dll. Ibu juga merasa tidak sabar akan bertemu keluarga besar di Buleleng karena pada Galungan kali ini kami memutuskan menginap di kampung halaman ibu. Ayah dan adikku juga tengah sibuk membuat penjor dari bahan bambu dan daun janur sebagai hiasannya.

Namun sayangnya sehari sebelum kami akan merayakan Galungan aku dan ayahku mengalami demam,adikku muntah-muntah,ia mengalami diare. Karena masalah tersebut jadi ibu hanya sembahyang di rumah,di kantornya dan kami tidak pergi ke kampung halaman untuk merayakan Galungan kali ini,sungguh sedih rasanya,karena Galungan membuat keharmonisan keluarga besar kami semakin baik.

                                                                 Ni Putu Nandini/Pendidikan Dasar/S1 PGSD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline