Lihat ke Halaman Asli

Ni Komang Lunga Dianti

Mahasiswa Universitas Udayana

Film Penyalin Cahaya (Photocopier): Refleksi Realita Pelecehan Seksual dan Pengaruh Kekuasaan

Diperbarui: 8 Januari 2023   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.instagram.com/penyalincahaya

Film Penyalin Cahaya merupakan film besutan sutradara Wregas Bhanuteja, berkisah tentang pelecehan seksual yang dialami mahasiswa di lingkungan kampusnya. Film yang mengambil tema tentang pelecehan seksual seringkali menjadi perhatian publik karena hal ini sehubungan dengan maraknya kasus pelecehan yang bayak menelan korban. 

Tidak hanya Film Penyalin Cahaya, adapula Film Marlina Si Pembunuh Empat Babak yang mengambil kisah pelecehan seksual yang juga berhasil meraup kesuksesan di tahun 2017. Hal ini menunjukkan antusiasme dan apresiasi terhadap film sebagai sarana edukasi dan informasi. Dengan demikian, bagaimana bisa kasus pelecehan seksual masih sering terjadi?

Film Penyalin Cahaya sukses memperlihatkan berbagai makna tersirat dalam alur cerita yang misterius tanpa menghilangkan nilai-nilai dan karakter tokohnya. Film ini mengisahkan penyelidikan dan penyitasan yang dilakukan oleh tokoh utama bernama Suryani (diperankan oleh Shenina Syawalita Cinnamon) merupakan seorang mahasiswi penerima beasiswa yang mengikuti klub teater di kampusnya. 

Di Indonesia, sudah banyak kasus pelecehan seksual yang berada di lingkungan kampus, bukan saja mahasiswa yang bertindak sebagai pelaku, bahkan dosen pun sering menjadi tersangka.

Bersama dengan temannya, Amin seorang tukang fotokopi yang diperankan oleh Ciccho Kurniawan mencoba menemukan pelaku pelecehan seksual. Film ini berhasil menjadikan objek sebagai judul dengan menonjolkan fungsi dan peran mesin fotokopi untuk menemukan titik terang pencaharian pelaku pelecehan seksual yang dialami Sur.

Selain itu, penyelidikan Sur berujung pada harapan semu yang diberikan pihak kampus atas dasar kerahasiaan pelaporan yang menjadikannya boomerang. 

Dengan kekuasan sang pelaku yang merupakan orang berpengaruh membuat Sur harus menelan kenyataan pahit dengan berdamai dan mengaku bersalah atas tuduhannya terhadap pelaku. Ini juga realita yang terjadi di lapangan, ketika korban mengaku dengan bukti bahwa haknya telah dilanggar justru memilih berdamai dengan negosiasi pemecahan masalah secara kekeluargaan yang disebabkan karena pelaku adalah orang yang memiliki kuasa. 

Oleh karena faktor tersebut, banyak korban yang enggan melaporkan kejadian memilukan yang dialaminya hanya akan membuat dirinya malu dan tidak mendapatkan keadilan seutuhnya.

Perlu disadari bahwa pelecehan seksual tidak hanya dialami oleh perempuan tetapi juga laki-laki. Pada film ini hal serupa dialami oleh tokoh Thariq diperankan oleh Jerome Kurnia yang merupakan teman dekat pelaku namun juga menjadi korban kejahatan seksual. Korban pelecehan seksual ucap kali dibungkam serta dilemahkan posisinya oleh pihak-pihak yang bersangkutan dengan kekuasaan yang pelaku miliki. 

Pada film ini pula terdapat adegan dimana para korban dibekap mulutnya, ditahan dan dibuat lemah oleh petugas (kaki tangan) yang keluar dari mobil penyemprotan nyamuk bersama pelaku yang langsung memusnahkan barang bukti yang dimilki korbannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline