"Membandingkan" sepertinya itu adalah kata yang cocok untuk saya di tahun 2020. Membandingkan adalah hobi saya pada tahun itu. Tahun yang banyak sekali kehilangan, bukan hanya saya, tapi hampir setiap orang. Seolah keadaan memojokkan kita semua, tidak bisa berkutik dan "unbelievable". Pekerja kehilangan pekerjaannya, pengusaha kehilangan usahanya, pengangguran? Lebih terpojok karena tidak bisa mencari pekerjaan.
Saya juga kehilangan di tahun 2020. Namun, saya tidak seperti pekerja yang kehilangan pekerjaannya, atau pengusaha yang kehilangan usahanya. Saya kehilangan diri saya. Lupa akan diri saya adalah manusia. Saya selalu membandingkan diri saya dengan orang lain bahkan hanya melalui sosial media. Pada tahun 2020 memang seluruh warga Indonesia hanya boleh di rumah saja demi mencegah penularan virus, tapi karena terlalu lama di rumah dan membuka sosial media setiap hari, di situ saya melihat orang-orang dengan kehebatannya.
Hampir setengah hari saya dihabiskan oleh sosial media, seperti candu yang tidak bisa terlepas. Ada orang dengan seumuran saya yang menjadi selebrgram, ada yang menjalankan bisnisnya, ada yang sudah mempunyai banyak relasi, magang di tempat ternama, dan lain sebagainya. Lalu saya mulai melihat diri saya dan merasa kenapa pencapaian saya tidak sehebat mereka? Padahal umur kita sama.
Iya, memang pandemi ini tidak memberikan dampak secara langsung terhadap saya. Kakak-kakak saya dan ayah memang berkurang gajinya, tapi Alhamdulillah kalau urusan makan masih bisa tercukupi. Saya hanya melakukan pembelajaran secara daring dan saya suka, karena lebih santai.
Namun, bukan itu renungan saya di tahun 2020. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, saya kehilangan diri saya. Lupa bahwa saya manusia dan kehidupan ini bukan perlombaan. Saya hampir kehilangan karena tidak lagi mengenal diri saya dan hanya berpatokan pada kelebihan orang lain. Membandingkan kekurangan saya dengan kelebihan orang lain. Tentu itu bukan hal yang adil.
Saya lupa bahwa di bulan Januari 2020 adalah kali pertama saya bisa ke puncak bersama teman-teman, karena sebelumnya tidak pernah diizinkan. Saya lupa bahwa di bulan Februari saya memberanikan diri untuk resign dari tempat kerja. Lalu di bulan Maret sampai Mei saya berhasil mendapatkan sertifikasi programming yang mana sebelumnya tidak saya bayangkan bisa membuat website sendiri.
Lalu di tahun 2020 juga tahun di mana saya memberanikan diri untuk mempublish tulisan saya, walau hanya melalui blog pribadi. Di akhir tahun 2020 juga saya pertama kali menulis di Kompasiana. Terlebih, di tahun 2020 saya masuk kuliah melalui jalur beasiswa prestasi. Masih banyak lagi hal baik yang tidak bisa saya ungkapkan satu-persatu.
Iya, sebanyak itu hal yang saya dapat dan dipermudah oleh Tuhan, tapi tetap saja saya hanya hamba yang kurang bersyukur. Forgive me, Tuhan. Jika direnungkan lagi, ternyata bukan tentang siapa yang lebih hebat, tapi tentang siapa yang bisa menghargai apa yang sudah dipunya.
Banyak hal yang bisa disyukuri di tahun 2020. Meski pergantian tahun menurut saya berjalan biasa saja, nothing special. Ada satu quote yang sangat saya pegang di tahun 2021 ini, yaitu "Don't compare yourself with other people. But you compare that with yourself in the past".
Maksudnya adalah, jangan bandingkan dirimu dengan orang lain, tapi kamu bandingkan dengan dirimu di masa lalu. Kenapa? Karena jika terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain, itu akan jadi penyakit hati. Namun, jika kamu membandingkan dengan dirimu di masa lalu, kamu pasti akan bersyukur. Jadi, sudah pasti 2021 harus menjadi tahun yang bisa mencapai apa yang belum saya capai, dan lebih bersyukur. Semoga di tahun ini saya tidak kehilangan diri saya lagi.