Lihat ke Halaman Asli

Pudarnya Tradisi "Ngajeni Tamu" sebagai Simbol Tata Krama Anak

Diperbarui: 14 Januari 2021   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"'Krincing' bunyi kunci, gesekan pintu dan segelas teh untuk tamu bapak" adalah kutipan yang menggambarkan sikap seorang anak yang harus siap siaga dalam menerima tamu dengan baik. Yaitu menjawab salam dengan senyuman, mempersilahkan tamu masuk terlebih dahulu dengan memakai bahasa yang santun serta kesiapan anak untuk bisa membuat dan menyuguhkan segelas teh atau semacamnya. Mungkin beberapa dari kita, pada jaman sekarang hanya mendengar seorang anak yang sedang menerima tamu dengan teriakan "ma, ada tamu di depan" dan tidak lupa dengan handphone yang masih terpegang miring ditanganya. Hal itu mungkin tidak hanya berlaku pada usia anak-anak saja, bisa jadi anak millenial atau anak kisaran umur 15-20 tahun juga melakukan hal seperti itu.  Dari tradisi "Ngajeni tamu" bisa kita simbolkan dalam sebuah tata krama dan sopan santun .  Hal seperti ini mungkin dianggap remeh atau kecil, tetapi hal-hal kecil bisa jadi akan berpengaruh pada suatu hal yang besar pada kemudian hari.

Manusia Makluk Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, yang memang pada hakikatnya manusia pasti akan berinteraksi dengan orang lain atau yang disebut dengan bersosialisasi. Bersosialiasi dapat dimana saja, baik di lingkungan sekolah/perkuliahan, masyarakat, dan keluarga. Dalam bersosialisasi dengan sesama, terdapat norma-norma yang harus dijalankan yaitu tata krama dan sopan santun. Dalam masyarakat jawa tata krama atau sopan santun disebut dengan Unggah-Ungguh Jawa. Dalam pengertiannya Unggah-Ungguh Jawa merupakan aturan berbicara dan bertingkah laku untuk menghargai dan menghormati orang lain dengan memperhatikan derajat dan usia. Tata krama dapat dilakukan dengan beberapa bentuk. Contohnya yaitu seperti dalam hal berbahasa, bersikap, dan lain sebagainya. Hampir sebagian seluruh manusia pastinya menganggap tata krama dan sopan santun adalah hal yang penting dalam kehidupan bersosialisasi. Hal tersebut hanya dibedakan dengan caranya saja dalam melakukan tata krama. Salah satu daerah yang memiliki tata krama yang masih terjaga dan ikonik adalah Daerah Keistimewan Yogyakarta. Disana unsur tata krama dan sopan santunnya sangat kental. Lingkungan yang terdapat unsur tersebut yang paling terkenal adalah di daerah keraton yang bertahan dari jaman penjajahan sampai sekarang.

Pengaruh Orang Tua

Hal-hal baik biasanya akan diterapkan sejak usia dini. Mengingat pada usia dini adalah waktu yang tepat untuk membangun pondasi yang kuat dan kokoh. Dalam pendidikan tata krama dan sopan santun, yang pertama dan yang paling bertanggung jawab untuk memperkenalkan hal tersebut adalah keluarga. Setiap keluarga pasti memiliki cara masing-masing dalam mendidik anaknya. Tergantung dari kemauan dari orang tuanya sendiri, mau anaknya di didik secara keras atau dengan cara yang lembut. Biasanya orang tua yang mendidik dengan cara yang keras atau tegas memiliki keinginan agar anaknya disiplin, jujur, dapat bertanggung jawab, dan lain sebagainya untuk menghadapi kehidupan di masa mendatang. Sama halnya dengan orang tua yang memiliki cara mendidik yang lembut pasti juga ingin anaknya seperti itu, tetapi dibedakan dengan cara mendidiknya saja. Karena didikan orang tua pasti akan mempengaruhi psikis untuk sang anak. Tidak menutup kemungkinan, nanti saat dia sudah dewasa dan memiliki anak, pasti dia akan melakukan hal yang sama dengan anaknya.

Untuk memberi pengertian tentang tata krama dan sopan santun kepada anak bisa dilakukan dengan pendekatan yang sederhana. Biasanya masyarakat Jawa memberikan contoh sopan santun sejak masih balita. Contohnya dengan membiasakan kata "dalem", "inggih", "mboten" saat berinteraksi dengan tetangga atau saudara. Biasanya orang tua dalam hal itu yang mempraktikannya saat anaknya masih malu untuk menjawab pertanyaan seseorang yang ditujukan kepada dia. Kebiasaan-kebiasaan seperti itulah akan mendoktrin anak agar terbiasa memakai bahasa krama yang memang ada hubungannya dengan tata krama dan sopan santun.

Sekolah Adalah Rumah Kedua

Selain dilingkungan keluarga, lingkup yang paling berpengaruh lagi adalah di lingkup sekolah. Kita sering mendengar istilah "sekolah adalah rumah kedua bagi anak" , istilah tersebut tidak hanya kiasan saja tapi "seharusnya" istilah tersebut benar adanya. Karena mungkin sebagian orang tua tidak bisa secara maksimal mengasuh atau memberikan pendidikan anak karena sibuk bekerja, jadi anak hanya mendapat ilmu di sekolah. Untuk memaksimalkan pembelajaran tata krama dan sopan santun di sekolah, pendidikan karakter adalah salah satu sistem pendidikan yang paling cocok. Pendidikan karakter merupakan ilmu yang cukup tinggi maknanya dibanding dengan pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar atau salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga peserta didik atau katakanlah anak-anak memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian untuk menerapkan kehidupan sehari-hari. Pendidikan tersebut biasanya terbangun dengan sendiri tanpa disadari karena memang karakter adalah sifat alami yang muncul dari seseorang untuk merespon sesuatu dengan baik jujur dan bertanggung jawab.

Generasi Emas 90'an

Pada era 90'an, pola pendidikan karakternya terkenal akan ketegasannya. Tetapi dengan hal itu dapat membentuk siswanya agar menghormati orang yang lebih tua salah satunya adalah gurunya sendiri. Lain hal dengan dunia pendidikan jaman sekarang yang sering diberitakan adalah ada banyak siswa yang melawan gurunya. Tidak hanya dalam tata krama saja, bahkan sampai keranah kriminal. Contohnya dalam kasus anak SMK yang menikah gurunya di daerah Mapanget barat, Kota Manado.  Anak tersebut sampai tega menikam gurunya dengan sajam hanya karena anak tersebut di tegur. Hal semacam itu adalah salah satu dampak berat jika seorang siswa tidak paham tentang tata krama dan sopan santun. Mungkin pola pendidikan dan pendidikan karakter sangat penting dalam hal tata krama dan sopan santun mengingat ada istilah atau hanya semacam ungkapan tentang "generasi 90an adalah generasi emas". Hal tersebut tidak menutup kemungkinan memang benar adanya karena memang pola pendidikannya terkenal tegas, tetapi menciptakan generasi yang kuat dan memiliki tata krama yang baik terhadap sesama manusia.  

Pengaruh Teknologi 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline