Lihat ke Halaman Asli

Danang Eko Saputro

Mahasiswa S2

Kontekstualisasi Filsafat Pendidikan Islam Muhammad Iqbal: Implikasinya Bagi Pendidikan Islam di Era Glokalisasi

Diperbarui: 29 Desember 2024   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pendidikan Islam memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter dan kepribadian umat, sekaligus menjadi sarana penyebaran nilai-nilai keislaman yang bersifat universal. Dalam konteks sejarah, para pemikir Islam telah banyak mengupas tentang hakikat pendidikan, tujuan, metode, dan prinsip-prinsip yang menjadi fondasi bagi pengembangan keilmuan Islam. Salah satu tokoh penting yang memberikan kontribusi besar terhadap pemikiran pendidikan Islam adalah Muhammad Iqbal, seorang filsuf, penyair, dan pemikir asal India. Muhammad Iqbal. Lahir di Sialkot, sebuah kota di wilayah Punjab Barat, pada tanggal 9 November 1877. Terdapat perbedaan pendapat di sekitar tanggal kelahiran Iqbal yang pasti. Pandangan yang diterima secara umum dan sering kali dikutip sebagai tahun kelahiran Iqbal, adalah 22 Februari 1873 tetapi dalam tesisnya, pujangga ini sendiri memberikan tanggal 2 Dhul Qa'da 1294/1876. Namun karena tahun hijrah 1294 dimulai hanya pada bulan Januari 1877, maka 9 Nopember 1877, sesuai dengan tanggal hijriyah ini dan tanggal ini juga lebih sesuai dengan pase-pase perbedaan kehidupan Iqbal di kampus dan universitas dari pada tahun 1873 

Pemikiran Iqbal tidak hanya terbatas pada konsep-konsep teologi dan filsafat Islam secara umum, tetapi juga menyentuh ranah pendidikan sebagai alat untuk membangkitkan kesadaran umat Islam dan membentuk identitas individu yang tangguh dalam menghadapi tantangan modernitas. Filsafat pendidikan Muhammad Iqbal tidak terlepas dari gagasan-gagasannya mengenai "ego" atau "khudi," yang menekankan pentingnya pengembangan potensi diri secara maksimal. Iqbal mengkritik keras pendekatan pendidikan yang pasif dan cenderung menekankan penghafalan daripada pengembangan kreativitas dan daya kritis. Dalam pandangan Iqbal, pendidikan harus mampu menstimulasi individu untuk terus berkembang dan bertransformasi, selaras dengan konsep selfhood yang ia gagas. Ia meyakini bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi melalui proses pendidikan yang dinamis dan interaktif. 

Pendidikan Islam diarahkan menuju penyadaran manusia bahwa nasib manusia di dunia ini bukan semata-mata sebagai kehendak Tuhan, melainkan juga sebagai pilihannya sendiri. Di dunia ini, manusia memiliki posisi sebagai partner kerja (co-worker Tuhan), yang mempunyai kebebasan untuk memilih dan melakukan tindakan. Melalui proses inilah akan berakhir pada derajat khudi tertinggi manusia, yang disebut insan kamil.

Muhammad Iqbal disebut telah membawa pemikirannya di bidang pendidikan berupa prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam. Prinsip-prinsip itu merupakan sebuah kecenderungan yang nyata guna mewujudkan tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan. Menurut Muhammad Iqbal, ada dua alasan untuk hal ini:

1. Pendidikan dipandang sebagai kekuatan budaya holistik yang mempengaruhi kehidupan individu dan kelompok.

2. Setiap falsafah hidup. Selama menitikberatkan pada masalah hidup dan tujuan akhir manusia. Pasti mengandung falsafah pendidikan dan berlatar belakang pendidikan. 

Pada saat itu Muhammad Iqbal mengkritisi sistem pendidikan di Timur dan Barat. Menurut Muhammad Iqbal, pendidikan Barat hanya bisa menghasilkan orang-orang dengan kemampuan intelektual tinggi tetapi tidak berkualitas secara moral. Sistem pendidikan yang demikian pada akhirnya akan mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan manusia tanpa adanya keseimbangan antara aspek eksternal dan internal. Pada saat yang sama, Muhammad Iqbal mengkritik pendidikan tradisional Islam karena hanya mengajarkan otak dan jiwa manusia dalam ruang yang sangat kecil. Maksudnya pendidikan yang hanya menekankan pada kecakapan spiritual akan tetapi mengesampingkan urusan duniawi dan anti terhadap pendidikan barat.

Iqbal sepertinya mencoba merumuskan sistem pendidikan yang merupakan sintesa dari sistem pendidikan Barat dan Timur. Inilah yang dimaksud Iqbal dengan rekonstruksi pendidikan Islam. Rekonstruksi pendidikan Islam ini, tentunya muncul berlatar belakang historisnya. Wilayah kekuasaan kaum Muslim pada waktu itu, khususnya di India, tempat kelahiran Iqbal, telah dipecah-pecah oleh kaum penjajah yang menyebabkan konflik sosial-politik di antara mereka. Konflik ini kemudian melahirkan dua pandangan yang berbeda. Pandangan pertama bersifat akomodatif-kooperatif terhadap sistem pendidikan Barat dan pandangan kedua bersifat konservatif-tradisional yang anti pendidikan Barat. Pandangan pertama diwakili oleh Ahmad Khan dan yang kedua oleh al-Maududi. Rekonstruksi pendidikan Islam gagasan Iqbal nampaknya bukan Barat dan Timur, tetapi adalah sintesa di antara keduanya. Hal ini yang menjadi jembatan terhadap integrasi sains dan agama, karena di era glokalisasi ini, pendidikan sering terpolarisasi antara ilmu pengetahuan modern dengan nilai-nilai tradisional. Sehingga konsep dari Muhammad Iqbal ini membuat ilmu pengetahuan modern dengan tradisional saling melengkapi.

Konsep pemikiran filosofisnya tentang pendidikan diarahkan kepada kehidupan kreatif, progresif, dan dinamis seorang individu. Kehendak individu merupakan kekuatan penggerak yang mengarahkan pada terpenuhinya idealitas filosofis (kualitas diri) yang tercermin pada sejauh mana sumbangan kreatifnya pada tatanan kehidupan yang humanis. Kualitas diri yang dimaksud Iqbal adalah kualitas yang berbasis iman, karena iman adalah pangkal teraktualisasikannya tindakan kreatif seseorang, sehingga kata Iqbal sebagaimana dibahasakan Abu Muhammad Iqbal bahwa ia lebih suka memakai wacana "tercerahkan" ketimbang "terpandaikan". Iqbal menulis bahwa hanya manusia yang tercerahkan yang sanggup memajukan tujuan misi Nabi Muhammad saw, yakni menegakkan kebebasan, kesetaraan serta persaudaraan sesama.

Hasil Pemikiran Iqbal tentunya membawa dampak positif di dunia pendidikan Islam. Dapat dilihat implikasi dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam, diantaranya: Pertama, pada proses pembelajaran sangat mengedepankan nilai-nilai pendidikan dan moral, sehingga tidak ada perbedaan dalam menuntut ilmu. Kedua, mengontrol perkembangan ilmu agar nilai-nilai moralitas dan lokalitas tetap terjaga keasliannya. Ketiga, menumbuhkan sikap kritis terhadap suatu pemahaman yang muncul di masyarakat. Keempat, menumbuhkan sikap aktif dalam proses perkembangan ilmu.

Dari pemaparan tentang gagasan filosofis Muhammad Iqbal tentang pendidikan Islam dapat dikontekstualisasikan dalam lanskap glokalisasi yang terjadi saat ini, dimana pendidikan sering dihadapkan dengan masifnya arus global yang mereduksi individualitas menjadi seragam dan membuat tidak peka terhadap konteks lokal. Efek negatif yang menyertai munculnya globalisasi yang harus dihadapi oleh pendidikan Islam diantaranya nilai-nilai agama yang sudah bergeser, maraknya budaya barat, dekadensi moral, pergaulan remaja yang cenderung bebas, perilaku hidup konsumtif, penyalah gunaan obat-obatan, minum-minuman keras, dan lain sebagainya. Menghadapi problem yang demikian berat, pendidikan Islam tidak bisa kalau hanya menggunakan model-model pendidikan yang sudah ada. Pendidikan Islam harus terus-menerus melakukan pembenahan dan inovasi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dan melakukan pembaharuan ke arah kemajuan. Melalui pemikiran filosofi Iqbal ini menawarkan setiap individu untuk bereksplor diri berpartisipasi di masyarakat tanpa meninggalkan identitas mereka. Pendidikan dalam konteks ini harus mampu menyeimbangkan pengaruh global dengan keunikan individu, kebebasan berfikir, dan mendorong kreatifitas peserta didik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline