Lihat ke Halaman Asli

Persimpangan

Diperbarui: 22 September 2018   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Apa yang membuatnya tertikam di persimpangan? Tertancap peluru tajam di dadanya. Perih. Tertatih-tatih.

Lalu ia terkapar di trotoar, menunggu peluru tercabut lalu mati.

Meninggalkan bercak darah yang bisa menjadi bukti. Bukti bahwa ia pernah mati disini.

Berjuang melawan egoisme dan emosionalisme namun tetap saja kalah. Kalah melawan peluru nafsu yang ia perjuangkan sendirian.

"Maka jangan terpana pada lentera tiang yang menyala itu, Bung. Mungkin itu fana dan segala kefanaan yang dihadirkan oleh gelap."

Kini peluru itu menusuknya sangat dalam, tajam dan terasa sakitnya.

Ah. Duniawi dituruti. Nyata sakitnya, kan?

Yogyakarta, September 2018

(NH)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline