Tetangga saya ada yang mengatakan, "Jangan menanam pisang di dekat rumah! Nanti ada gendruwo-nya!" Tentu ungkapan ini menggelikan bagi saya dan keluarga. Ya, itulah kepercayaan sebagian masyarakat kebanyakan, terutama di lingkungan perumahan di perkotaan. Tetapi bagi keluarga kami, menanam pisang adalah suatu hobi yang menyenangkan dan menyehatkan.
Di samping dan di depan rumah kami ada pekarangan (tanah kapling) yang terlantar. Ada yang, menurut catatan di ketua RT, tidak diketahui siapa pemiliknya dan ada pula yang pemiliknya jauh di luar kota.
Lahan tersebut sudah lebih dari sepuluh tahun tidak diolah maupun dipelihara. Tanda-tanda akan dibangun pun juga tidak ada. Beberapa tetangga takut jika ada ularnya dan mengganggu anak-anak kecil mereka. Memang beberapa kali ada ular jenis kobra yang masuk ke rumah tetangga kami.
Maka, atas izin ketua RT setempat keluarga kami mengolahnya dengan cara menanami tanaman sementara, yaitu pisang. Kami meminta tolong seseorang untuk mendapatkan bibitnya sekitar dua puluh pohon dari berbagai jenis. Ada pisang Agung, pisang Ambon, pisang Gajih, pisang Rojomolo, pisang Cebol, dan pisang Barlin. Lahan yang ditumbuhi semak-semak yang lebat kami bersihkan agar aman dan indah dipandang.
Kami menggali tanah kira-kira berukuran 40 x 40 dengan kedalaman 50 cm. Tanpa menambah bahan apapun, seperti pupuk kompos misalnya, kami langsung menanami pohon-pohon tersebut dengan penuh kasih sayang. Memang tanah di lingkungan perumahan kami tergolong subur.
Menanam pisang memang tidak sulit. Anda tidak perlu memupuknya dan menyiramnya. Dibiarkan saja tanaman tersebut akan tetap tumbuh. Tetapi jika Anda menginginkan hasil yang baik, maka kasih sayang kepada mereka harus diberikan. Sapalah mereka, dengan memberi salam, bersihkan daun-daun yang sudah mulai layu secara periodik.
Jika perlu, terutama di musim kemarau, boleh menyiraminya dengan air yang disemprotkan mulai dari atas daun-daunnya (seperti hujan). Mereka akan nampak memancarkan kebahagiaan. Berdasarkan pada beberapa penelitian, tumbuh-tumbuhan bisa diajak berkomunikasi dengan suara maupun perasaan. Berbagai macam percobaan yang telah dilakukan menunjukkan ada hubungan antara pemelihara dengan tingkat pertumbuhan tanaman. Anda pun bisa melakukan percobaan yang sama.
Dari dua puluh bibit pisang, kini menjadi sangat banyak. Satu pohon pisang bisa beranak banyak, lebih dari lima pohon. Ketika induknya sudah berbuah dan dipanen, kita boleh memisahkan anak-anaknya untuk ditanam di tempat lain. Mereka pun akan beranak-pinak semakin banyak. Merawat mereka sungguh menyenangkan (untuk refreshing) sekaligus mencari keringat di pagi atau sore hari.
Akan lebih menyenangkan lagi jika sudah mulai keluar ontong-nya (jantung pisang). Anda bisa mengamati pertumbuhannya setiap hari, mulai dari bagaimana kelopak ontongnya membuka dan terlihat bakal-bakal buah yang menyembul. Hari demi hari semakin membesar dan banyak hingga sisa jantungnya siap untuk dipotong agar buah-buah pisangnya semakin besar.
Sungguh merupakan fenomena yang indah dan menakjubkan, subhanallah. Amatilah terus hingga buah-buah tersebut mulai menua dan siap untuk dipanen. Daun-daunnya mulai layu dan meranggas dan satu-dua buah mulai menguning. Itu merupakan pertanda buah pisang siap untuk dipanen dalam kondisi masak pohon. Luar biasa menakjubkan.
Potonglah, kemudian peramlah beberapa hari tetap dalam kondisi utuh pada tandannya di tempat yang hangat. Ada baiknya diselimuti dengan kain atau karung beras atau apa pun yang bisa mengondisikan suhunya hangat.
Setelah mulai menguning, maka Anda boleh memisahkan berdasakan cengkeh (kelompok-kelompok buah pisang dalam tandan tersebut). Satu atau dua hari kemudian Anda bisa menikmati pisang yang masak dan membagikannya ke tetangga di lingkungan tetangga Anda.
Karena kami hampir setiap hari menyiangi mereka, maka lahan pun menjadi bersih dari semak karena sesekali kami bersihkan. Kesan kotor yang tidak sedap dipandang pun jauh dari pemandangan sehari-hari.
Binatang berbisa seperti ular atau yang lain pun juga tidak kerasan tinggal di sana. Apalagi ketakutan sebagian tetangga akan gendruwo pun juga tidak beralasan. Semua tetangga ikut senang karena pemandangannya menjadi indah dan juga ikut merasakan buahnya yang manis. Selamat mencoba!
Ngudi Tjahjono, Malang (10 Juli 2016)