Kereta Cepat Indonesia--China (KCIC) adalah perusahaan yang mengoperasikan jaringan kereta cepat Indonesia yang rencananya akan dibangun dengan rute Jakarta-Bandung. Perusahaan ini merupakan proyek bersama Pilar Sinergi BUMN Indonesia (konsorsium dari empat badan usaha milik negara Indonesia: Kereta Api Indonesia (KAI), Wijaya Karya (Wika), PTPN VIII, dan Jasa Marga) dengan China Railways.
Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kereta_Cepat_Indonesia%E2%80%93China
Informasi awal mengenai akan diadakannya KCIC sangat menarik perhatian masyarakat setempat, khususnya wilayah Bantar Gedang, kecamatan Ngamprah. Tidak sedikit masyarakat yang menolak diadakannya KCIC, mereka seperti tidak rela dan tidak siap untuk meninggalkan tempat tinggalnya, khususnya masyarakat yang tinggal diatas tanah milik Pemerintah. Mau tidak mau mereka harus angkat kaki dari tempat tinggalnya.
Respon dari masyarakat setempat cukup mengejutkan. Penolakan-penolakan sudah berupa beberapa bentuk, seperti melalui media sosial, ucapan secara langsung, bahkan tulisan di rumah rumah yang menunjukan bahwa mereka menolak program KCIC. Tapi apa daya, tidak ada yang menggubris hal tersebut.
"Sebenarnya warga tak menolak proyek pemerintah. Warga sadar dan memahami, bahwa itu harus didukung. Yang dikeluhkan warga itu karena ada getaran dan terasa sampai ke rumah-rumah," tutur Ketua Komisi B Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Cileunyi Wetan, Ahmad Sobar kepada galamedianews.com di Cileunyi, Kamis (31/10/2019). Dikatakan Ahmad, dampak dari getaran itu ada salah satu rumah warga retak di Kampung Babakan Sinyar RT 06/RW 01 Desa Cileunyi Wetan.
"Yang menjadi harapan warga itu jangan sampai timbul getaran. Angkutan armada truk yang mengangkut tanah urukan harus disesuaikan dengan aturan yang ditentukan Dinas Perhubungan. Mengingat lahan yang diuruk itu merupakan bekas sawah, sehingga menimbulkan getaran," jelasnya.
Memang benar, getaran dari pelaksanaan KCIC tersebut sangat terasa oleh warga setempat, khususnya mereka yang bertempat tinggal pinggir rel kereta. Bahkan ketika malam pun, sering kali terdengar suara keras yang dapat membuat resah dan tak nyaman, apalagi sampai mengganggu waktu tidur. Jalanan sering kali menjadi becek, dikarenakan tanah yang terus digali, yang diguyur air hujan.
Bahkan beberapa waktu lalu, telah terjadi banjir di daerah underpas-kbb. Banyak warga yang mengaitkan hal ini dengan pelaksanaan KCIC, karena sebelumnya daerah tersebut sudah lama tidak pernah terjadi banjir. Sampai sampai Bupati Bandung Barat, Aa Umbara pun turun tangan secara langsung.
"Malam ini orang KCIC harus datang proyek harus distop, jangan sampai merugikan masyarakat Bandung Barat," ujar Aa Umbara.
Intinya, pengerjaan proyek KCIC itu tetap memperhatikan K3 (ketertiban, kebersihan, dan keindahan). Hal tersebut akan membuat masyarakat nyaman dan merasa lebih ikhlas, kampung yang dulu ia tempati dijadikan tempat untuk pelaksanaan proyek KCIC. Rasanya terlihat asing, banyak yang berubah, tapi kita sebagai warga negara yang baik hanya dapat mendukung jika itu memang yang terbaik. Semoga saja hasilnya sama seperti yang kita harapkan, tidak ada kekecewaan, dan berjalan dengan lancar. Soal bencana yang lebih rentan terjadi karena proyek KCIC? Wallohua'lam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H