Lihat ke Halaman Asli

Mobil Tenaga Matahari? Apa Hebatnya? Saya Juga Punya Kok!!

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tidak percaya? Kalau tidak percaya, tolong baca tulisan ini sampai tamat.
Di tulisan saya yang lain (Lihat), saya janji mau membahas juga tentang hukum termodinamika. Sebelum memberikan uraian lengkap, saya ingin bermain-main sedikit dengan salah satu esensi dari hukum termodinamika itu sendiri.
Jadi, benarkah sesumbar saya yang mengatakan bahwa saya punya mobil tenaga matahari? Tidak sepenuhnya benar, karena sekarang ini sebenarnya saya tidak punya mobil. Tapi dulu sewaktu tinggal di Jakarta saya pernah punya mobil, buatan Korea, dan betul-betul bertenaga matahari. Apakah saya memodifikasinya menjadi mobil bertenaga matahari? Tidak. Karena semua mobil yang ada di Jakarta, bahkan kalau anda punya mobil, motor, truk, bus, atau kendaraan bermotor lain, pada hakekatnya semua adalah kendaraan bertenaga matahari.
Kok bisa? Mari kita telusuri.
Apakah bahan bakar mobil anda? Tentunya bensin atau solar. Darimanakah bensin atau solar berasal? Dari penyulingan minyak tentunya. Darimana pabrik pengolahan minyak memperoleh bahan baku minyak? Dari tambang minyak tentunya. Darimanakah perusahaan tambang mengambil minyak? Dari perut bumi, baik pengeboran lepas lantai maupun di darat. Bagaimanakah minyak mentah bisa sampai ke perut bumi? Sebenarnya minyak bumi adalah hasil organisme purba (plankton dan alga) yang tertimbun dalam jangka waktu berjuta-juta tahun, dan akhirnya membatu dan berubah menjadi minyak bumi. Sekarang, bagaimanakah organisme purba itu bisa hidup dan tumbuh? Mereka tentunya berfotosintesa menggunakan energi sinar matahari, tumbuh, untuk akhirnya mati dan berproses menjadi minyak bumi.

Jadi, dari sini kita bisa lihat, energi fosil, termasuk minyak bumi, batubara, gas alam, semuanya berasal dari energi matahari yang terkubur dalam jangka waktu lama. Lebih heran lagi, ternyata hampir semua energi listrik yang kita pakai sehari2 ternyata adalah energi matahari. Contohnya PLN kita sebagian menggunakan pembangkit listrik yang menggunakan batubara, untuk kemudian dikonversi menjadi tenaga listrik. Bagimana dengan pembangkit tenaga air (PLTA)? Apakah PLTA juga energinya dari matahari? Iya. Air laut menguap berubah menjadi awan karena pengaruh panas matahari. Lalu awan tersebut menjadi hujan, turun di daratan menjadi mata air, yang selanjutnya mengalir sebagai sungai dan digunakan untuk menggerakan turbin PLTA.

Turbin listrik tenaga angin? Sami mawon. Energi panas matahari mengakibatkan perbedaan tekanan udara pada dua daerah yang berbeda, sehingga udara bergerak dari satu tempat ke tempat lain sebagai angin.

Biofuel? Tentu saja tanaman jagung yang dipakai untuk membuat bioetanol itu bisa tumbuh akibat reaksi kimia, yang disebabkan oleh proses fotosintesa dari matahari.

Bagaimana dengan energi kita sendiri? Kita berjalan kaki, naik tangga, olahraga, semua membutuhkan energi dari makanan, baik hewani maupun nabati. Nabati berasal dari tumbuhan, yang balik lagi berasal dari proses fotosintesa. Sedangkan daging sapi atau ayam yang kita makan tentunya berasal dari hewan, dan hewan-hewan itu juga makan tumbuhan.

Jadi bisa disimpulkan, sebagian besar energi yang kita pakai itu berasal dari matahari. Ada pengecualian tentunya. Ada beberapa jenis energi yang bukan berasal dari matahari, misal: energi nuklir, energi panas bumi (geotermal), dan energi pasang laut.
Sampai di sini, saya ingin memperkenalkan anda dengan hukum pertama dari termodinamika, yaitu konservasi energi. Bunyi hukumnya kira-kira: energi dapat dikonversi menjadi bentuk energi lain, tapi energi tidak dapat dihilangkan atau dimusnahkan. Jadi energi matahari yang menyinari bumi itu tidak hilang begitu saja, tapi dikonversi menjadi energi bentuk lain.

Ajaib ya? Sinar matahari yang menyinari bumi jutaan tahun lampau bisa kita pakai sekarang dalam bentuk bensin, untuk akhirnya menggerakkan mobil kita. Jadi minyak bumi itu sebenarnya adalah timbunan energi yang tersimpan di perut bumi, terbentuk dari proses jutaan tahun, yang dihabiskan manusia hanya dalam waktu beberapa ratus tahun saja!! Apakah minyak bumi itu akan habis secara sia-sia? TIDAK. Minyak bumi telah mengangkat peradaban manusia, hingga manusia bisa mengembangkan teknologi dengan sangat cepat dalam beberapa ratus tahun terakhir. Itu semua juga tidak lepas dari peranan energi minyak, sehingga akhirnya teknologi berkembang sedemikian rupa, dan sekarang ini kita bisa mulai mengembangkan teknologi alternatif. Jadi sekarang terserah kita untuk mulai mencari energi alternatif, setelah minyak bumi -- yang telah berjasa besar mendorong peradaban manusia -- mulai habis.

Melalui tulisan ini, saya sudah memperkenalkan hukum pertama termodinamika. Berikutnya tentu saja masih ada hukum lainnya, yaitu hukum kedua dari termodinamika, yang tentunya lebih menarik lagi untuk dibahas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline