Ketika membaca salah satu artikel media online yang menyatakan bahwa "Yusril Berani Taruhan Loncat Dari Tugu Monas Kalau Tidak Dipinang Megawati", saya menjadi nggak terlalu percaya sama omongannya profesor satu ini, apa mungkin pak Yusril sudah strees ya masalah cagub DKI, karena hampir bulan juli belum juga dapat pinangan dari partai manapun juga. Jangan-jangan memang benar Nenek Mega sudah menjatuhkan sampur ke Yusril.
Kalau memang Nenek Mega sudah menjatuhkan sampur ke Yusril itu sah-sah aja karena Nenek ini punya hak veto yang tidak dimiliki pengede yang lain di PDIP. PDIP sendiri lagi pusing begitu juga dengan ketuanya Nenek Mega, untuk mengalahkan Ahok tidak segampang membalikkan telapak tangan. Tapi kalau punya akal bulus ya pasti mudah yaitu kongkalikong dengan KPK atau Presiden untuk menjegal Ahok sebagai DKI 1, apakah mudah ?
Ya pasti mudahlah kalau Ahok dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal di jadikan TSK KPK mau apa ?! pastilah Ahok gagal menjadi cagub DKI tahun 2017, apalagi misalkan Nenek M yang sukanya mengkristis Presiden, menginginkan Presiden nimbrung di dalam pencalonan DKI 1 maka Ahok akan semakin tersudut karena Jokowi juga dari kader PDIP, tapi saya yakin Presiden tidak punya pemikiran yang picik dalam rangka membangun negara ini.
Hampir semua pendukung PDIP kecuali pejabat yang selalu sendiko dawuh dengan Nenek M, pasti secara kebijakan partai tidak bakal memilih Yusril untuk di usung menjadi cagub DKI 1 walau mempunyai elektabilitas tinggi ! kenapa ? karena latar belakang politik Yusril sudah jelas dan tidak bakal klop dengan kebijakan partai PDIP.
Jika Nenek M memaksa meminang Yusril di pemilihan Gubernur Jakarta maka sudah pasti PDIP siap-siap untuk kehilangan pendukung sejatinya, bukan hanya di pemilihan Gubernur DKI saja tetapi juga kehilangan pendukung di pemilihan legislatif 2019, kalau pemilihan Presiden 2019 pendukung akan tetap mendukung Jokowi.
PDIP harus bermain cantik di pemilihan Gubernur DKI, kalau tidak hati-hati nanti di pemilihan legislatif 2019 akan mengelepar, karena para pendukung fanatikpun akan beralih ke partai lain atau putih. Saya pikir... pemikiran ini akan diamini hampir 85% pendukung PDIP dari kalangan kaum terpelajar di DKI maupun Indonesia yang memilih PDIP karena partai nasionalis dan dekat dengan rakyat (memperhatikan arus bawah).
Hampir pasti pemilih Ahok itu 50% sendiri dari PDIP dan sisanya adalah orang-orang bersih dan paham tentang bagaimana membangun di Jakarta yang memang ingin melihat Jakarta bisa semakin baik dan maju. Jadi pantaslah kalau menurut survei Ahok ada di kisaran 53% sampai 54% orang Jakarta yang masih mendukungnya.
PDIP harus bijak dan sensitif terhadap pendukungnya, kalau masyarakat pendukung PDIP menginginkan Ahok untuk memimpin Jakarta, mengapa penggede-penggede PDIP harus Malu untuk mendukung Ahok walau maju lewat jalur Independen ?!, Ingat ini peristiwanya mirip sekali dengan Jokowi Vs Prabowo di Pilpres kemarin dan itu harus menjadi pembelajaran yang paling berharga untuk semua partai politik.
Perlu di ingat sendainya Ahok maju sebagai cagub lewat PDIP bisa-bisa Ahok akan kalah karena mungkin yang milih Ahok hanya orang PDIP dan simpatisan Ahok dari luar yang sangat fanatik. Kalau Ahok lewat jalur Independen itu sesuatu yang sangat-sangat hebat karena msyarakat dari berbagai partai politik akan mendukungnya, karena mereka tidak lagi melihat partai politik tetapi lebih melihat sosok Ahok yang memang ingin membangun DKI.
Kalau memang PDIP mencintai masyarakat pendukungnya, saya menyarankan menjadi partai politik yang netral untuk pemilihan DKI 1 tahun 2017, sehingga masyarakat tahu bahwa PDIP tidak mengusung cagub dan juga tidak mendukung Ahok. Kalau PDIP ingin mendapatkan simpati dari masyarakat untuk pemilihan legislatif 2019.
Salam Kompasiana