Lihat ke Halaman Asli

Saat Nanti

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam belumlah larut, Rita masih duduk di hadapan komputernya. Sebuah proposal presentasi harus ia selesaikan malam ini juga. Ia benci harus membawa pulang urusan kantor, tetapi ia tidak punya pilihan lain. Baginya, itulah resiko yang harus ia ambil sebagai seorang public relation di sebuah perusahaan kosmetik besar.

Berlahan ia menghela nafas, mencoba melepas kejenuhan yang berkali-kali menyergapnya.

Pintu kamar terbuka saat ia hendak kembali konsentrasi pada pekerjaannya. Sejenak ia menoleh, menatap pintu tempat Damar-suaminya--berdiri, sedetik kemudian ia kembali menatap layar komputernya.

Damar melangkah mendekat. "Aku pergi dulu, Ta," dengan lembut dikecupnya kening Rita. Rita mengangguk paham tanpa sedikitpun mengalihkan pendangan dari llayar komputer.

"Nanti pulang kamu ingin dibelikan apa?"

Kali ini Rita menatap suaminya, menatap Damar yang sedang menenteng tas biola, dan lelaki itu mencoba tersenyum semanis ia bisa. Tapi tetap saja terasa hambar di mata Rita. Walaupun begitu, Rita tetap membalas senyum itu. "Makasih, Mas. Aku sedang tidak ingin dibelikan apa-apa."

Rita mengantar suaminya sampai di pintu pagar, lalu ia bergegas kembali masuk ke dalam rumah setelah yakin suaminya telah pergi. Sambil melangkah ia bergumam dalam hati, Aku tahu matamu tidak dapat mendustaiku, namun itu membuatku lebih sakit. Mengapa kamu tidak bisa mendustaiku? Mengapa matamu selalu berkata jujur terhadapku?

Rita tidak bisa lagi berkonsentrasi pada pekerjaannya. Dipilihnya duduk santai di depan televisi meski acaranya tidak sedikitpun menarik perhatiannya. Pikirannya masih terpaku pada suaminya.

Dulu Damar adalah orang yang biasa-biasa saja. Rita menyukainya sejak mereka sama-sama duduk di bangku kuliah. Damar berada dua tingkat di atas Rita. Hal yang paling disukai Rita terhadap Damar adalah kejujurannya. Dan ia termasuk

mahasiswa yang tidak banyak tingkah.

Bahkan sejak Damar menjadi pacarnya, Rita tidak banyak diliputi rasa cemburu seperti layaknya pasangan yang baru jadian. Memang tidak banyak. Rita hanya cemburu terhadap biola kesayangan Damar. Ia merasa dinomor-duakan dengan biola itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline