Lihat ke Halaman Asli

Ngalor Ngidoel

Travellers

Siak Sri Indrapura, Kota Bersejarah yang Terlupakan

Diperbarui: 17 Maret 2019   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istana Kesultanan Siak Sri Indrapura (Dokpri)

Orang mungkin lebih mengenal Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau daripada Kabupaten Siak, apalagi Siak Sri Indrapura sebagai ibukota kabupatennya. Padahal kota ini justru menyimpan sejarah panjang kerajaan Riau yang ditandai dengan masih tegaknya beberapa situs bersejarah seperti Istana Siak, Masjid Raya Syahabuddin dimana terdapat makam Sultan Syarif Kasim II beserta keluarganya, serta Makam Syeh Abdurrahman di tepi sungai Siak.

Masjid Syahabuddin (Dokpri)

Saya berkesempatan mampir di Siak Sri Indrapura karena kebetulan sedang ditugaskan ke Pekanbaru. Dari Pekanbaru perjalanan memakan waktu sekitar dua setengah jam menempuh jarak sekitar 100 Km. 

Pemandangan perkebunan sawit mendominasi hampir separuh dari perjalanan, mirip seperti di wilayah Deli Serdang atau semenanjung Malaya. Sawit masih menjadi primadona yang dikembangkan di kawasan tersebut, disamping minyak yang disalurkan melalui pipa mengikuti jalan raya yang kami lalui.

Memasuki Kota Melalui Jembatan Siak (Dokpri)

Menjelang masuk ke kota setelah melewati kompleks perkantoran Bupati Siak, tampak Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah yang menjadi penghubung sekaligus pintu gerbang memasuki kota Siak Sri Indrapura. 

Jembatan ini diresmikan tahun 2007 oleh Presiden SBY, dengan total panjang sekitar 1.196 meter dan lebar total 19,2 meter termasuk trotoar selebar 2,25 meter. Hebatnya jembatan ini didanai murni oleh APBD Kabupaten Siak sebesar Rp. 277 Milyar dan dikerjakan selama empat tahun anggaran (sumber: Wikipedia).

Jembatan Siak (Dokpri)

Jembatan ini mirip seperti jembatan Barito atau jembatan Batam yang disangga kawat baja ditopang oleh dua tiang penyangga di kedua sisi sungai. Sejak diresmikan jembatan ini menjadi salah satu obyek wisata yang wajib dikunjungi selain wisata sejarah yang telah disebutkan di atas. Sementara di bawahnya dilalui kapal-kapal besar yang berlayar hingga ke Pekanbaru dan pedalaman Riau.

Masjid Syahabuddin dan Makam Sultan Syarif Kasim II (Dokpri)

Setelah memasuki kota kami langsung menuju ke Masjid Syahabuddin untuk mampir sholat sekaligus melongok makam Sultan Syarif Kasim II yang terletak persis di samping masjid. Masjid ini agak unik karena memiliki dua muka, satu menghadap ke sungai dan sisi lainnya menghadap ke jalan di depan masjid. 

Mungkin pada zaman dahulu orang lebih banyak melintasi sungai dan beristirahat sejenak sekalian menunaikan ibadah sholat di masjid ini. Sekarang di tepi sungai dibangun pedestrian sekaligus obyek wisata bagi warga lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke Siak.

Gerbang Masuk Masjid dari arah Sungai (Dokpri)

Walau disebut masjid raya namun sebenarnya tidak terlalu besar ukurannya, hanya cukup menampung tak sampai sekitar 200 jamaah. Bentuknya mirip seperti masjid di Pulau Penyengat yang didominasi warna kuning, demikian pula dengan kubahnya. 

Di samping masjid terdapat makam Sultan Syarif Kasim II yang merupakan sultan terakhir Kesultanan Siak sebelum Indonesia merdeka dan menyatakan diri bergabung dengan RI pasca kemerdekaan yang menandai berakhirnya kerajaan tersebut.

Makam Syekh Abdurrahman (Dokpri)

Tak jauh dari masjid, dekat taman Tengku Syarifah Aminah terdapat makam Syeh Abdurrahman. Sayangnya tidak ada catatan khusus mengenai beliau di sekitar makam maupun di dunia maya sehingga agak kesulitan mendeskripsikan siapa sebenarnya beliau. Tak jauh dari makam tersebut terdapat rumah makan ikan bakar yang cukup enak di Siak. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline