Lihat ke Halaman Asli

Buku dan Persahabatan

Diperbarui: 28 Mei 2024   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri: Bersama Prof. Dr. M. Sholikhan, M.Ag. 

Ngainun Naim

 

Mengawali catatan sederhana ini, saya ingin mengutip pendapat Franz Kafka yang menyatakan, "Buku harus dijadikan kapak untuk mencairkan lautan beku dalam diri kita".

Pendapat ini menarik dan memiliki makna yang signifikan terkait dengan buku. Tentu bukan buku sebagai benda yang sekadar dimiliki tetapi buku yang dibaca, dipahami, dan dikontekstualisasikan. Buku dalam makna ini adalah buku yang bisa menjadi energi untuk merubah kehidupan.

Perubahan di sini maknanya sangat luas. Bisa perubahan wawasan, pandangan hidup, keterampilan, dan manfaat-manfaat lain yang merubah kondisi pembaca menjadi lebih baik.

Besarnya manfaat membaca sudah menjadi pengetahuan banyak orang. Namun membaca sendiri ternyata tidak selalu mudah untuk dilakukan. Ada saja hal-hal yang menjadikan aktivitas membaca tidak bisa berjalan secara maksimal. Inilah yang---antara lain---menjadi sebab belum tumbuh dan berkembangnya budaya membaca di masyarakat kita.

Problem lainnya adalah dunia digital yang berkembang sangat pesat. Ada semacam loncatan budaya. Ketika membaca belum menjadi budaya, dunia digital telah menyerbu. Akibatnya, energi lebih banyak dicurahkan untuk menelusuri media sosial. Membaca buku semakin hari semakin ditinggalkan.

Ada yang berpendapat bahwa buku elektronik yang semakin mudah diakses merupakan kesempatan baik untuk membangun budaya membaca. Ketersediaan bahan bacaan dinilai sebagai faktor penting yang menentukan budaya membaca. Namun kenyataannya ternyata belum berkorelasi positif. Budaya membaca masih belum sesuai dengan harapan.

Di tengah semakin derasnya arus digital, saya masih lebih nyaman membaca buku cetak. Jika saya ingin membaca artikel jurnal yang tersedia secara online, saya biasanya juga mencetaknya terlebih dulu. Rasanya lebih nyaman.

Mungkin karena saya bukan bagian dari generasi digital. Buku cetak lebih nyaman untuk dibaca. Juga bebas untuk diberikan anotasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline