Lihat ke Halaman Asli

Ngabila Salama

Dokter PNS Dinas Kesehatan DKI Jakarta

Belanja Kesehatan Tidak Cukup Bermakna untuk Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH) di Dunia

Diperbarui: 16 Juni 2023   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri Kesehatan melakukan sosialisasi RUU Kesehatan di RSKD Dharmais

Menarik melihat paparan dari Bapak Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menurut saya slide paparan tersebut sangatlah baik. Dari gambar tersebut ada beberapa poin yang dapat kita lihat:

  1. Tidak ada hubungan penambahan belanja kesehatan terhadap Angka Harapan Hidup (AHH) di suatu negara / masyarakat
  2. Dari contoh Indonesia dan Malaysia relatif hebat dan stabil, setiap kenaikan 18o poin belanja kesehatan dapat menaikkan 2 tahun AHH
  3. Amerika Serikat / USA belanja kesehatan 25 kali lipat Iebih tinggi dari Malaysia akan tetapi memiliki AHH yang relatif sama
  4. Jepang belanja kesehatan dua kali lipat lebih tinggi dari Singapore akan tapi AHH nya sama

Selain Angka Harapan Hidup / AHH kita bisa bandingkan juga dengan Disability-Adjusted Life Year (DALY) sebagai benchmark lebih lanjut. Mandatory spending yang sedang ramai diperbincangkan di RUU Kesehatan bukan merupakan satu-satunya cara untuk memastikan kebutuhan kesehatan di Indonesia terpenuhi. Konsep money follow program dan rencana induk pembiayaan kesehatan yang mengikat dan struktur dapat lebih dipertanggungjawabkan tentunya dengan output yang jelas dan terukur. Kita tidak mau bukan seperti yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo / Jokowi sebelumnya bahwa dari 10 Milyar anggaran stunting, kurang dari dua milyar yang dipakai untuk eksekusi nyata membeli telur, sisanya dialokasikan untuk biaya perjalanan dinas, rapat koordinasi, peningkatan wawasan, monitoring evaluasi, pelatihan, penggalangan komitmen, advokasi, dsb. Perlu lebih banyak dialokasikan untuk aksi nyata yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat daripada sekedar kegiatan yang outputnya tidak langsung dirasakan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline