Lihat ke Halaman Asli

Ngabila Salama

Dokter PNS Dinas Kesehatan DKI Jakarta

17 Fakta Bahaya Rokok dalam Hari Tanpa Tembakau Sedunia oleh Ngabila Salama

Diperbarui: 8 Juni 2023   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: google

Rokok tidak hanya menyebabkan gangguan kesehatana fisik, tapi juga mental, perkembangan, IQ, dan masalah multidimensional lain termasuk sosioekonomi. Tidak hanya mengenai perokok aktif (1st hand smokers), tapi juga pasif (2nd and 3rd hand smokers). Tidak hanya berdampak pada permasalahan kesehatan jangka panjang / kronis / penyakit tidak menular. Tetapi juga penyakit menular baik yang akut dan kronis. Risiko alergi dan infeksi akut berulang pun cenderung meningkat yang dapat membahayakan terutama kelompok rentan: ibu hamil, anak bayi dan balita, lansia, orang dengan imunodefisiensi / imunitas yang kurang.

2nd hand smokers adalah orang yang menghirup asap rokok secara langsung sedangkan 3rd hand smokers adalah orang yang menghirup asap rokok yang tertinggal di permukaan benda seperti tangan, HP, meja, baju, dll.

1. Paparan rokok dari orang lain (perokok aktif) mengandung 7000 zat kimia berbahaya (American Lung Association, 2017)

2. Studi menemukan bahwa orang tua perokok berasosiasi negatif dengan keterlambatan motorik dan perkembangan Bahasa (Polanska, 2015)

3. Studi di Indonesia menemukan bahwa orang tua perokok berkaitan dengan anak lebih rendah dan lebih kurus (Bella, 2022)

4. Anak-anak yang terpapar tembakau selama kehamilan memiliki risiko keterlambatan perkembangan saraf dan kognitif, serta neuropsikologis yang kurang optimal pada bayi prematur (Chen et al., 2013; Venkatesh et al., 2021)

5. Terjadi penambahan penduduk miskin di Indonesia maupun di DKI Jakarta sebesar 4,7 % (BPS DKI Jakarta, 2022).

6. Jika perokok miskin menghentikan atau mengurangi kebiasaannya dan uangnya dialokasikan untuk membeli daging maka konsumsi daging di rumah tangganya akan meningkat tiga belas kali lipat (Ahsan, 2019)

7. Satu dari lima anak di seluruh dunia tidak lepas dari masalah defisit perkembangan saraf hingga berpengaruh kepada kesehatan mental anak, termasuk (Intellectual Quotient) IQ rendah (Obradovi & Willoughby, 2019)

8. Rerata skor IQ penduduk Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara (Katadata, 2019)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline