Lihat ke Halaman Asli

Nurul Furqon

Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Jeruji Kurikulum, di Penjara dalam Sebuah Fantasi Akademik

Diperbarui: 8 Maret 2021   01:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Jeruji Kurikulum, dipernjara dalam Sebuah Fantasi Akademik


Waktu terus berjalan, zaman telah berganti, dunia kian semakin modern, namun nyatanya keindahan dunia hanyalah ilusi belaka, yang terjadi dunia menjadi lebih kacau, kebutuhan manusia semakin meningkat, dompet yang tipis sudah tidak sanggup menafkahi perut yang merintih ingin dibelai, kaki sudah tidak mau berjalan, sudah tidak mau bekerja, dia hanya ingin menjadi tuan, yang bersantai diatas sebuah kendaraan. Menyedihkan memang, apalagi bagi mereka yang miskin, yang hanya bisa berharap dewa turun membagikan beberapa lembar uang untuk makan, tapi itu mustahil, ingin uang berarti harus bekerja.

Jangan dulu senang dunia semua tidak sebaik itu, dunia ini sangat kejam, untuk bekerja tidaklah semudah menemukan besi dengan magnet, apalagi mengingat "yang bukan siapa-siapa tidak akan mendapat apa-apa." Menyedihkan, bagaimana bisa mendapat uang dengan bekerja sedangkan untuk bekerja saja harus membayar dengan terlebih dahulu, bukankah uang di kantongmu sekarang hanya cukup untuk makan hari ini, atau mungkin tidak? Semoga esok harimu lebih baik.

Damn.. untuk bekerja saja kenyataannya sangat sulit, bagaimana mungkin bisa mendapat uang untuk makan. Adakah solusi untuk masalah kita semua? Dengan meningkatkan kualitas diri kah? Apakah dengan pendidikan masalah kita selesai? Pengentas kemiskinan dengan pendidikan apakah relevan? Tapi siapa yang diselamatkan dari kemiskinan tersebut? Menyedihkan.

Narasi bahwa "dengan pendidikan yang baik, maka tingkat angka kemiskinan akan menurun" selalu digemborkan dimana-mana. Ya benar jika demikian itu artinya pendidikan adalah tempat kita dicetak untuk menjadi pekerja, sehingga dengan kita menjadi pekerja, maka kita akan mendapatkan uang untuk makan dan memenuhi kebutuhan lainnya. Sederhana bukan? Bukankah memang realitanya seperti itu? Namun siapa yang sebenarnya yang lebih diuntungkan? Ya, saya rasa semua orang juga tahu siapa yang lebih diuntungkan. Memang hal itu tidak salah, karena pada realitanya kita semua butuh uang untuk makan, maka kita harus bekerja untuk mendapat gajih, tapi sangat amat disayangkan manusia juga butuh yang namanya pikiran kritis. Harusnya dengan adanya pendidikan bukan cuman angka kemiskinan yang menurun, tetapi juga angka kecerdasan meningkat.

Kita memang tidak bisa berharap besar kepada dunia pendidikan, karena mau bagaimanapun kualitas pendidikan kita masih perlu ditingkatkan, sehingga kualitas para pelajar pun akan meningkat, masih ada banyak yang perlu kita kritik terhadap pendidikan yang ada sekarang, kurikulum yang ada terlalu fokus untuk membenduk pribadi siap kerja, pendidikan terlalu fokus terhadap percetakan manusia, sampai mereka lupa untuk meningkatkan kualitas pikiran dari setiap insan. Pikiran-pikiran kritis setiap insan dibatasi oleh kurikulum, bagaimana mungkin bisa mengekspresikan diri, jika mengeluarkan pendapat saja sudah tidak bisa, pengajar-pengajar telah mendewakan dirinya bahwa hanya perkataan merekalah yang benar, dan para pelajar tidak pantas membantah, pelajar tidak pantas memberi masukan kepada pengajar karena yang namanya pengajar lebih tahu dibanding pelajar, menyedihkan semuanya terbelenggu hanya dalam satu ruangan yang disebut kelas, yang katanya adalah angin segar bahwa dengan masuk kelas maka kita tidak akan hidup sengsara lagi.

Namun pada kenyataannya manusia butuh sekolah, manusia butuh kampus, karena pintarnya perusahaan tidak menerima lulusan dibawah standarnya, mau tidak mau manusia harus memiliki ijazah. Walau bagaimana pun kita tetap butuh yang namanya asupan gizi terhadap kepala kita, kita datang untuk belajar agar kepala kita menjadi lebih pintar, tapi sekolah hanya menyediakan pendidikan untuk kerja saja, tidak menyediakan pendidikan untuk berpikir. Miris.

Manusia butuh wadah tambahan yang memberikan gizi kepada otaknya berupa pendidikan untuk berpikir, pendidikan untuk tidak menjadi bawahan orang lain, pendidikan untuk menentukan gerak akan kemana. Itulah yang kita butuhkan, wadah tambahan, karena di kelas kita sudah tidak mungkin bisa mendapatkannya, kita butuh wadah yang menyediakan pendidikan kritis.

Seiap manusia memiliki potensi yang berbeda, namun memperihatinkannya potensi mereka pasif, karena mereka tidak pernah menyadari potensinya, mereka hanya terfokus pada satu, yaitu "kerja dimana saya setelah lulus" tanpa mengerti potensi apa yang harusnya dia kembangkan. Dengan kita memiliki pikiran yang kritis, maka kita akan mengerti "siapa diri kita," "apa yang ada dalam diri kita," dan "akan melakukan apa kita," semuanya sangat penting, namun kita tidak sadar akan hal itu. Kita perlu merubah kepasifan potensi yang ada dalam diri kita menjadi aktif, dengan cara melatih pikiran kritis kita, dengan apa kita melatihnya, dengan cara kita menambah wadah pendidikan kita, kita masuk kedalam sebuah wadah yang menyediakan pendidikan kritis, wadah itu adalah media pendidikan diluar akademik, karena yang ada didalam akademik itu terikat oleh kurikulum. Sebuah wadah yang memiliki arah gerak yang jelas, dan pendidikan yang jelas, wadah yang selaras dengan diri kita dan bertujuan kepada sosial masyarakat.

Pendidikan kita memang belum baik, tapi pendidikan kita juga tidaklah sangat buruk, pendidikan kita masih dalam proses peningkatan kualitas pendidikan, dengan segenap usaha dari jajaran kementrian pasti pendidikan kita akan maju, dan semoga saja pendidikan pemikiran kritis ada di ranah akademik, sehingga pemikiran setiap insan tidak lagi kaku dan statis, pikiran setiap insan akan terbuka kepada semua hal, dan akan peka terhadap segala hal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline