Lihat ke Halaman Asli

Najib Fachruddin Thoha

Paradoks Etnik Pujangga

Persengkokolan Alam Semesta

Diperbarui: 21 Maret 2021   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Lihat bulan itu! Sedari tadi dia menghardikku. Aku tak berani memandangnya, matanya mendelik kepadaku. 

Mendung tak ada malam ini, langit cerah secerah-cerahnya. Rembulan terang benderang, malam purnama kedua belas. 

Tak satupun awan berani menyapu langit. Bintang-bintang sekenanya keluyuran tak tahu aturan. Bertebaran bak ditumpahkan. Formasinya pun rancu. 

Angin malam berhembus semerawut. Jangkrik-jangkrik berceloteh berisik. Sekawanan tikus yang sejak lama menguasai loteng kamarku, kocar-kacir diuber kucing garong.

Aku malu pada semua ini. Kupingku ku sumbat dengan bantal. Alam semesta dengan lancang telah bersekongkol, mereka telah membuat kongsi untuk merayakan kesendirianku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline