Lihat ke Halaman Asli

The Real Super Deal

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sepekan yang lalu saat berada di tempat servis komputer saya melihat tayangan Super Deal 2 M di salah satu stasiun TV swasta. Mungkin ini baru pertama kalinya saya menyaksikan acara itu dengan jelas, setelah beberapa tahun sebelumnya hanya melihat iklan atau melihat sepintas lalu. Saya memang sangat jarang menonton TV. Ternya kelihatan menarik sekali acara ini. Tampak para peserta begitu semangat untuk terpilih maju ke permainan (saya lupa istilah apa yang dipakai). Meskipun banyak yang mungkin tidak mematok target muluk untuk memperoleh 2 M, akan tetapi tentu mereka amat mendambakan hadiah-hadiah yang bernilai di bawahnya entah berapapun nilainya, mungkin mobil senilai 500 jt, perabot senilai 100 jt, uang tunai 50 jt, 20 jt, atau mungkin lebih rendah, intinya jangan sampai pulang dengan tangan hampa!

Kalau sudah begini tentu mereka akan berpenampilan atau bergaya seunik mungkin, supaya kepilih maju. Nah kalau sudah maju, berjuanglah 3 orang buat bisa lanjut ke permainannya. Kemudian berlangsunglah proses “untung-untungan” yang menegangkan itu. Pembawa acara begitu lihainya membuat si peserta berbolak-balik hatinya dari yakin menjadi ragu atau sebaliknya dalam memilih tirai, kotak, hadiah rahasia di saku host, atau uang tunai. Yang jadi momok kali ini tentu saja adalah ZONK! Mereka yang tadinya sudah berandai-andai jadi jutawan kalau sudah dapat zonk mesti pulang dengan rasa kecewa berat dan malu, atau mungkin (entah ada atau tidak) malah jadi stress dan kehilangan semangat hidup. Masih teringat mungkin momen ketika ada orang yang salah tingkah karena menolak memilih tirai yang inside of it ternyata mobil mewah, atau ada yang malah tadinya sudah milih tirai yang ‘didamba-damba’ isinya, terus malah berubah pikiran berkat rayuan maut si host dan jadi milih yang hadiahnya tidak seberapa. Sudah begitu bukan tidak mungkin teman-teman seperjuangan yang sama-sama ikutan masih minta persenan juga. Yah, kira-kira seperti itulah acaranya,pasti anda juga lebih paham.

Saya memang bukan anggota KPI yang mau menilai acara ini layak tayang atau tidak. Bukan pula anggota komisi fatwa MUI yang bakalan mengeluarkan fatwa tentang boleh tidaknya menonton acara ini. Saya cuma mau share aja, bahwa ternyata kurang lebih ada kemiripan acara ini dengan kehidupan kita.

Manusia (yang normal) dalam mengarungi samudera kehidupan yang ganas ini tentu yang diharapkan adalah kebahagiaan, tentunya yang abadi di surga. Nah, setiap orang pun 'bergaya’ se-excellent mungkin dengan aktivitas dan amalnya masing-masing supaya bisa dapet peluang meraih pahala dan derajat di surga. Dalam hal ini saya yakin tidak banyak di antara kita yang “bener-bener” serius mengincar hadiah utama 2 M, ups maksudnya surga Firdaus (betul tidak?). Kebanyakan kita entah kenapa hanya berharap terhindar dari neraka lalu masuk surga saja, di tingkat manapun sudah pewe. Atau malah ada yang sudah ‘siap’ untuk dibakar dulu di neraka baru masuk surga meskipun tidak bisa mencapai Firdaus, the highest heaven ini. Semoga kita termasuk orang yang selalu mengharap Firdaus. Amiin.

Dalam perjalanan mencapai target tersebut pun prosesnya tidak mulus, tapi banyak godaan dari si musuh abadi, setan. Yap, dia dan pasukannya sudah menyiapkan seribu macam godaan dan tipuan supaya kita memandang sebelah mata terhadap amal-amal shalih, dan menganggap wajar, indah, bahkan deal dengan setan untuk mengerjakan segenap dosa-dosa. Kita yang tadinya udah beramal dengan amal yang utama, dibuat malas dan ragu sehingga beramal dengan amalan yang kurang keutamaannya serta tidak berfaidah. Dan tentu yang paling diharapkan si setan ini adalah supaya kita dapet zonk di akhirat sehingga pahala aktivitas dan amal kita di dunia hilang karena berbuat syirik, bid’ah, maksiat, atau banyak mendzhalimi sesama. Akhirnya, alih-alih memperoleh hadiah utama berupa surga Firdaus, level-level surga yang lumayan di bawahnya pun bisa-bisa cuma segelintir yang mendapatkannya. Tentu inilah yang diharapkan setan.

Akan tetapi ada perbedaan mendasar antara Super Deal dengan kehidupan nyata. Kalau di acara ini para peserta tidak punya pedoman apa-apa, hanya gambling dengan modal tebak-tebakan plus berdoa supaya mendapat hoki, tapi dalam kehidupan nyata segala sesuatu sudah jelas dan terjelaskan. Antara kebaikan dan keburukan semuanya sudah dijabarkan baik secara umum ataupun rinci dalam dua “pedoman umum kehidupan dunia dan akhirat” bernama Al-Qur’an dan As-Sunnah. Makanya dijamin kalau kita benar-benar berpegang teguh pada keduanya tidak akan dapat zonk selamanya. Di sinilah kita bisa melihat betapa jeniusnya setan selama ini untuk membuat kita ragu dan menyimpang dari sesuatu yang lebih jelas dari sinar matahari jam 12 siang! Kelalaian kita selama ini adalah karena lemahnya keyakinan kita sehingga mudah terbujuk rayuannya.

Pembaca yang saya hormati, saya dan anda memang sama-sama tidak pernah aman dari tipu daya setan , tapi kewajiban kita adalah berjuang untuk memperkokoh keyakinan kita lalu konsisten dan berpegang teguh dengan dua pedoman hidup kita agar tidak sampai salah memilih ‘tirai’ dalam kehidupan ini. Tidak lupa pula kita memohon mudah-mudahan kita diberikan ampunan atas dosa-dosa kita serta diberi taufik untuk beramal shalih dengan ikhlas. Wallahu a'lam.

[Bekasi / 23 Sep 2010 / 21:47 WIB]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline