Lihat ke Halaman Asli

Mulia dengan Menghamba

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tatkala Allah subhanahu wa ta’alaa hendak menciptakan Adam, para malaikat merasa ada sesuatu yang janggal, ada apa gerangan Allah menciptakan makhluk yang akan membuat keonaran di muka bumi dan menumpahkan darah? Ada apa gerangan sementara kami, para malaikat senantiasa beribadah kepada-Nya tanpa kenal lelah dan waktu? Tapi Allah subhanahu wa ta’alaa mengetahui apa yang tidak diketahui oleh para malaikat. Maka setelah Allah subhanahu wa ta'alaa menciptakan Adam dan meniupkan padanya ruh, Allah subhanahu wa ta'alaa pun menunjukkan kelebihan Adam dibandingkan segenap malaikat lalu memerintahkan malaikat yang sebelumnya sangsi terhadap makhluk baru ini untuk bersujud sebagai bentuk penghormatan.

Tahukah mengapa Adam, atau manusia pada umumnya, lebih utama dari malaikat dan seluruh makhluk ciptaan-Nya? Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'alaa hanyalah memuliakan anak Adam dengan ‘ubudiyyah (penghambaan). Penghambaan ini berbeda dengan penghambaan dan ibadah yang dilakukan oleh miliaran malaikat itu. Penghambaan ini lebih istimewa, karena ia lahir dari fitrah yang dilandasi dengan keinginan yang tulus. Penghambaan ini lahir dari jiwa-jiwa yang berkecamuk antara akal, fitrah, dan hawa nafsu di dalamnya. Sementara penghambaan yang diperbuat oleh malaikat terjadi karena mereka memang tidak diberi akal dan hawa nafsu. Manusia diberi dua jalan, untuk beriman dan menjadi hamba-Nya, atau kafir dan menjadi musuh-Nya. Adapun malaikat, maka tidak ada pilihan lagi bagi mereka kecuali untuk beribadah.

Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS At-Tahrim : 6)

Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (QS Al-Anbiya’ : 20)

Allah subhanahu wa ta'alaa juga berulang kali menyebut Rasul-Nya dengan pujian ‘ubudiyyah. Ya, Allah subhanahu wa ta'alaa memuji beliau tidak dengan sebutan pemimpin kota Madinah, tidak juga dengan titel manusia terbaik. Tapi Allah memuji beliau dengan sebutan ‘abd (hamba).

Allah subhanahu wa ta'alaa berfirman tentang Isra, 'penerbangan' super express dalam skala internasional dari Mekkah di Arab Saudi, menuju al-Quds ibukota Palestina:

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Mahamendengar lagi Mahamengetahui. (al-lsraa’: 1)

Berkenaan dengan perjalanan yang lebih spektakuler, Mi’raj, ke Sidratul Muntaha, melewati atmosfer bumi dan berlapis-lapis langit untuk menerima titah shalat lima waktu, Allah subhanahu wa ta'alaa berfirman:

Lalu Dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan  ... (yaitu) di Sidratil Muntaha. (QS An-Najm : 10 & 14)

Begitupun tatkala kaum musyrikin meragukan kebenaran dakwah beliau,

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS Al-Baqarah : 23)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline