Lihat ke Halaman Asli

Obrolan dengan Teman yang Kesepian

Diperbarui: 9 Desember 2015   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sebagai seorang teman, ada rasa janggal ketika melihatnya selalu gelisah seakan-akan ingin mengatakan sesuatu tapi selalu mengurungkan niatnya. Hingga pada suatu saat, aku beranikan diri untuk menggali pikirannya,

"Kau lagi ada masalah bro? Wajah murungmu sudah berlangsung sebulan ini."

"Haha, kelihatan ya?" dan ia masih meneruskan wajah murungnya.

"Bukannya belakangan ini lagi banyak kabar gembira? Katanya ada orderan baru, lumayan tuh buat nyenegin bini"

"Iya, dapet orderan baru. Doakan lancar lah ya," ucapnya sambil memandangi cangkir kopinya.

Mungkin ia enggan menceritakan isi kepalanya. Kualihkan pembicaraan ke nostalgia masa lalu ketika kami menjelajah alam bersama, ternyata ia sudah jarang berpetualang lagi.

Kubayangkan hidupnya kini hanya serangkaian rutinitas, menunggu datangnya sesuatu hal yang baru secara pasif. Sejak lulus kuliah ia seperti linglung tidak tahu harus melakukan apa dalam hidup. Pernah ia mengatakan bahwa hidup ini adalah tentang terus bernafas sampai waktunya dipanggil tiba. Benar-benar suram, entah apa yang bisa menghadirkan warna lagi dalam hidupnya.

Ketika bernostalgia tentang masa lalu akhirnya ia mulai membuka diri dengan komentarnya,

"Teman-teman kita itu pada sukses semua ya. Aku lihat mereka di sosmed keren-keren semua update-nya. Pada ke luar negeri, bisnis lancar, keluarga bahagia."

"Ah kau juga kan? Coba lihat ini pengusaha muda yang tangguh!" kutepuk keras pundaknya karena gemas dengan kerendahan dirinya.

Dia makin merenung, setelah angin sore berhembus dua kali baru ia kembali berbicara dengan ekspresi kosong, "Semua yang gua lakukan itu ngga signifikan sob. Cuma hal-hal kecil yang semua orang juga bisa lakukan." Kemudian dia memandangku seakan menantang, "Coba lihat, Roy bikin lembaga konsultan yang tenar, Jay dapet beasiswa di Inggris, Anto meneruskan bisnis orang tuanya dan resmi jadi orang kaya. Lah gua yang dulu sesama teman main mereka sekarang gini-gini aja, padahal kita dulu kan sama sob, berarti gua itu apa coba kalo bukan kegagalan hidup?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline