“Mas, harga daging ayam sudah naik,minggu kemarin masih di harga 28 rb/kg sekarang sudah naik jadi 35 rb/kg, lho. Ya, sudah gak usah beli daging ayam, ganti saja dengan tahu tempe”,jawabku.Itulah omelan istri di minggu pagi tanggal 23 Juni kemarin, tepat seminggu menjelang bulan suci Ramadhan datang. Walaupun kenaikan harga daging tersebut sudah menjadi “tradisi” menjelang Ramadhan,bagi konsumen retail seperti saya ini setiap kenaikan harga bahan pokok sudah pasti porsi uang belanja akan bertambah.Apakah hanya daging ayam saja yang naik waktu itu?. Ternyata masih ada temannya daging ayam yang “iri”,ikut-ikutan naik. Harga telor ayam yang biasanya 16 rb/kg naik menjadi 18 rb/kg,harga daging sapi yang biasanya sudah stabil bertengger di harga 85 rb/kg langsung nangkring di harga 105 rb/kg. Untungnya saya dan keluarga tidak hobi dengan masakan berbahan daging sapi, jadi sedikit pengaruhnya ke kas belanja keluarga.
Suasana Pasar tradisional (sumber rimanews.com)
Nah, bagi masyarakat pedesaan kenaikan harga menjelang dan selama bulan Ramadhan sampai mendekati hari raya Idul Fitri sudah dianggap hal biasa. Mengapa tradisi kenaikan harga tersebut selalu terjadi? Ada beberapa penyebab kenaikan harga sembako tersebut menjadi sesuatu yang selalu terjadi menjelang Ramadhan hingga mendekati hari raya Idul Fitri,diantaranya :
- Perilaku konsumen yang berubah di menjelang dan selama Ramadhan.Bagi masyarakat Jawa,sebenarnya 2 bulan sebelum memasuki bulan Ramadhan tepatnya bulan Rajab porsi pengeluaran sudah mulai meningkat.Kenapa meningkat? Bagi masyarakat Jawa bulan Rajab dianggap bulan terbaik untuk menikahkan anaknya. Karena itu pada bulan Rajab tersebut banyak warga masyarakat yang mempunyai hajat menikahkan anaknya. Dengan banyaknya acara pernikahan di bulan Rajab tersebut,kebutuhan bahan pokok meningkat. Otomatis harga harga kebutuhan pokok pada bulan tersebut sudah ada kenaikan walaupun masih dalam kadar yang normal. Permintaan kebutuhan pokok sedikit menurun di Bulan Ruwah ( Say'ban) dan mendekati bulan Ramadhan harga beberapa sembako sudah mulai naik, contohnya seperti harga daging ayam seperti tersebut diatas. Memasuki awal bulan Puasa,harga-harga sudah menyesuaikan dengan permintaan pasar. Dengan adanya perubahan konsumsi menu harian masyarakat yang biasanya cukup dengan menu tahu tempe, pada bulan Ramadhan ada perubahan sajian menu berbuka,spesial ada dagingnya.
- Ulah spekulan yang menimbun barang untuk mendongkrak harga barang. Momen Ramadhan dimanfaatkan sebagian orang untuk mengambil untung dengan cara menimbun barang dengan harapan harga akan naik karena suplay barang ke pasar menjadi berkurang.Hukum ekonomi pun berlaku,permintaan lebih besar daripada persediaan yang ada maka harga akan naik.
- Tidak semua daerah menjadi penghasil produk pertanian dan holtikultura.Sehingga beberapa daerah harus disupply dari daerah lainnya untuk mencukupi kebutuhan sembakonya.Bila arus distribusi barang ini tidak lancar,karena kendala cuaca,infrastruktur jalan yang buruk maupun kendala lainnya yang mengakibatnya tersendatnya pengiriman sehingga membuat harga produk tersebut di tempat tujuan menjadi naik.
Bagi masyarakat yang tinggal di desa,efek dari berbagai kenaikan harga sembako ini akan menggerek uang belanja. Masyarakat pedesaan ini tidak terlalu paham dengan namanya inflasi beserta tetek bengeknya. Yang diingat kalau dulu dengan uang Rp 1000 dapat membeli bayam 3 ikat, sekarang harus mengeluarkan uang Rp 2000. Dulu bawa uang Rp 10.000 pulang dari pasar sudah bawa beraneka kebutuhan dapur, sekarang setidaknya harus bawa uang Rp 20.000 untuk mendapatkan barang yang sama.
***************
Menyikapi gejolak harga kebutuhan pokok yang sudah menjadi tradisi setiap awal dan memasuki bulan Ramadhan, pemerintah pun merespon dengan berbagai kebijakan yang bertujuan menstabilkan harga.
- Melakukan pemantauan langsung di pasar-pasar untuk memastikan ketersediaan stok pangan baik milik pemerintah maupun milik pelaku usaha.Mendorong Bulog sebagai stabilisator harga beras nasional untuk melakukan operasi pasar murah,bila disuatu daerah ditemukan kenaikan harga beras sudah diatas 10 % diatas harga normalnya.Selain itu mendorong perusahaan produsen kebutuhan pokok untuk melakukan kegiatan CSR-nya pada bulan Ramadhan dengan menggelar pasar murah. Maksud digelarnya pasar murah tersebut adalah menyakinkan kepada warga masyarakat bahwa stok kebutuhan pokok tersedia dengan stok mencukupi untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat di bulan Ramadhan. Sehingga warga tidak panik dan berusaha memborong kebutuhan pokok yang berakibat melambungnya harga barang tersebut.
- Bank Indonesia sebagai penjaga stabilitas perekonomian bersama dengan Pemerintah Pusat berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah yang tergabung dalam TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) untuk memantau ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi dan meminimalkan tekanan harga pangan yang mulai meningkat menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri.
- Untuk memperlancar distribusi barang, Pemerintah memprioritaskan bongkar muat bahan makanan di pelabuhan dan penggunaan jalur distribusi melalui jalur darat. Mempercepat perbaikan jalan utama serta mendorong pelaku usaha untuk mengunakan pengiriman dengan kereta api dan kapal laut. Dengan kemudahan tersebut diharapkan distribusi barang tidak tersendat sehingga harganya pun dapat stabil.
- Untuk jangka panjang, Bulog sebagai stabilisator harga tidak hanya melayani persediaan beras saja tetapi juga minyak goreng,gula pasir,garam dan daging.Memang dibutuhkan investasi gedung penyimpanan,dalam jangka panjang harga harga kebutuhan pokok akan lebih stabil dibawah kendali Bulog.Khusus untuk persediaan beras,Bulog dapat menyimpan stok berwujud gabah kering siap giling bukan beras lagi. Dengan menyimpan gabah,lama penyimpanan lebih lama serta kualitas beras tidak menurun. Berbeda bila yang disimpan adalah beras yang siap edar. Ada masa kadaluarsa beras yang mempengarui kualitas beras.
- Kebijakan pemerintah terkait dengan persediaan energi khususnya tentang rencana penyesuaian harga LPG 12 kg yang tidak disubsidi, sebaiknya dilakukan secara bertahap dan melihat momen yang tepat. Agar tidak menimbulkan lonjakan peralihan konsumen 12 Kg ke LPG 3 Kg yang disubsidi, ada baiknya harga LPG 3Kg juga disesuaikan dengan selisih harga yang tidak terpaut jauh dengan harga LPG 12 Kg.
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan no.115/MPP/Kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang komponen sembako (sembilan bahan pokok) meliputi :
- Beras, sagu dan Jagung
- Gula pasir
- Sayur-sayuran dan buah-buahan
- Daging sapi dan daging ayam
- Minyak goreng dan margarin
- Susu
- Telur
- Minyak Tanah atau gas elpiji
- Garam ber-iodium dan bernatrium
Komponen sembilan bahan pokok tersebut merupakan kebutuhan primer,kebutuhan yang setiap orang membutuhkannya. Walaupun masih ada kebutuhan sekunder dan tersier yang ikut terpengaruh juga terhadap momen datangnya Ramadhan.
***************
Alhamdulillah,di pertengahan bulan Ramadhan tahun ini,harga berbagai kebutuhan pokok sudah stabil bahkan ada yang sudah turun mendekati harga normalnya. Melalui pemberitaan di media massa dapat kita baca,harga telur sudah stabil,harga daging ayam malah turun dari harga 35 rb/kg menjadi sekitar 28rb/kg,harga beras kelas medium stabil di harga 8 rb/kg,harga bawang merah dan bawang putih juga stabil. Malahan harga cabai tidak beranjak naik sejak 1 bulan menjelang bulan Ramadhan.Berbahagialah para penggemar sambal dan masakan pedas.Harga Elpiji 3 Kg juga stabil di tingkat retail dikisaran harga 16-18 rb/kg dengan stok yang melimpah dan gampang mendapatkannya. Harga gula pasir pun masih stabil karena sebelum bulan Ramadhan banyak pabrik gula yang melakukan proses penggilingan.
Selain banyak daerah yang menjadi sentra penghasil bahan pokok sudah melakukan panen raya,sehingga stok melimpah di pasaran selain itu pada bulan Ramadhan ini kebutuhan dana masyarakat terbelah.Bebarengan dengan tahun ajaran baru,sehingga banyak masyarakat yang mendahulukan pembiayaan pendidikan anaknya.
Berbagai kebijakan pemerintah ini tidak ada gunanya bila tidak disosialisasikan ke tengah masyarakat sehingga masyarakat menjadi tenang dan tidak khawatir dengan pemenuhan kebutuhan pokoknya dalam menghadapi Lebaran yang akan datang. Peran serta dari masyarakat juga diperlukan dengan tidak melakukan aksi spekulan dengan memborong barang berlebihan agar kondisi kestabilan harga kebutuhan pokok di pasaran terjaga. Dan lebih penting lagi kestabilan politik dapat terjaga tidak ada konflik vertikal dan horizontal sehingga kestabilan ekonomi dapat tercapai. Sehingga harapan harga stabil di bulan Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun mendatang dapat terwujud.Semoga bermanfaat. (@dwisnfkaafi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H