Lihat ke Halaman Asli

Tanpa Kehadiran "Lelaki Malaikat Tengah Malam"

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku selalu mendambakan malam tiba......
ketika bulan siap menggantikan matahari menerangi setiap kehidupan di dunia, ketika bintang2 bermunculan menghiasi kegelapan.
Tapi tidak hanya itu, ku dambakan malam karna ku tau "malaikat tengah malamku" akan datang menghampiriku,menemani,menghibur,memeluk,membelai bahkan menolong mengangkat tubuhku dari keterpurukan...tanpanya hidup seperti tak pernah berhenti menghukumku.
Aku pernah diperingatkan....
bahwa ia hanyalah malaikat tengah malam yg akan hadir dalam mimpi2 indahku...suatu saat ia akan berlalu dan pergi. Iapun akan mencari tubuh baru tempatnya mewujudkan mimpi2 menjadi nyata.

Aku sadar sang malaikatpun butuh tempat berlindung dan bersandar. jelas itu bukan padaku karena aku adalah seorang wanita yg hanya bisa meminta tanpa bisa memberi, akulah wanita yg butuh perlindungan bukan melindungi, dan akulah wanita yg butuh sandaran bukan untuk tempat bersandar.
Aku tau perlahan akan ditemukannya juga tempat itu.....tempat yg nyaman untuk berlindung dan bersandar, yg membuatnya candu akan smua itu..akan ada batasan2 antara aku dan dia, akan ada tepi yang menghalagi kami, yang akan membuat segalanya terhenti.Dan bila saat itu tiba sang malaikat tengah malamku akan lekang ditelan waktu.....dan mungkin itulah perasaan kesepian sedunia yg sebenar-benarnya....

Bohong kalau aku bilang aku tidak akan menangis dan hancur kalau saat itu tiba.....
Bohong kalau aku bilang kehidupanku akan berjalan baik2 saja tanpa kehadirannya........
Terkadang kita mengucapkan hal yang berbeda dengan apa yang kita pikirkan. Bukan karena mau tapi karena terpaksa.....
beberapa minggu terahir ini adalah minggu terberat yg pernah aku jalani, setelah beberapa saat kebelakang dipenuhi dengan warna-warni kehidupan karena kehadirannya.

kini aku sungguh-sungguh lelah, lelah bermain dengan hati...
aku mungkin harus belajar mendisiplinkan diri untuk berpijak kepada kenyataan, lebih realistis, serta tidak selamanya terlena dalam mimpi dan harapan kosong.
Karena aku dan dia sama2 sadar bahwa kita berada `dijalur yang berbeda, yang tidak akan pernah bertemu disatu titik yang sama.........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline