Lihat ke Halaman Asli

Ketika Uang Bisa Membeli Nilai di Atas Rata-Rata

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bicara tentang pendidikan, spontan kita akan tertuju kepada mirisnya pendidikan yang dirasakan oleh anak-anak kecil, anak muda yang kita sebut sebagai penerus bangsa. Umumnya kita akan melihat kepada anak-anak yang terombang-ambing dijalanan karena masa kecil ataupun masa muda yang mereka dapatkan untuk mencari pengalaman dan ilmu terbaik, tetapi justru mereka gunakan untuk mencari uang demi mengisi perut yang kosong. Terombang-ambing dijalanan karena adanya paksaan dari pihak tertentu agar mereka bisa menghasilkan uang yang nyatanya uang itu tidak untuk mereka.

Namun faktanya, masih ada lagi kisah miris di dalam dunia pendidikan. Misalnya saja ketika nilai dapat dibeli. Sudah bukan menjadi rahasia lagi, bahwa pendidikan di Indonesia saat ini tidak jauh dari uang. Memang benar tidak ada yang gratis di dunia ini, tetapi apa harus nilai yang didapat selalu berdasarkan dengan uang yang dikeluarkan. Memang tidak semua guru berlaku seperti itu, tetapi dibeberapa sekolah minimal ada satu guru yang mau mengubah nilai dari si murid tergantung dari uang yang mau dikeluarkan si murid. Bila tak ada uang yasudah tak ada lagi kesempatan tinta merah menjadi hitam di rapor.

Seperti apa pendidik yang diharapkan di Indonesia? Ada beberapa kriteria agar seseorang dapat digambarkan seperti pendidik yang diharapkan Indonesia, contohnya berwibawa, adil dan tegas. Bila disangkutpautkan dengan masalah ini adakah wibawa, rasa adil dan tegas dari seorang pendidik bila disodorkan dengan uang yang nominalnya cukup besar pendidik tersebut bisa takut kepada murid hingga akhirnya dapat mengubah tinta merah menjadi hitam.

Katanya pendidik, tetapi kenapa murid justru dengan mudahnya mendapat nilai diatas rata-rata bila karena uang. Seharusnya murid tidak dapat semudah itu mendapatkan nilai diatas rata-rata. Lalu apa gunanya ujian perbaikan? Gunanya ada ujian perbaikan agar para murid bisa lebih giat dan berusaha lagi dalam menimba ilmu. Dan juga agar ilmu-ilmu yang diterima murid tidak sia-sia dan hilang begitu saja.

Nurul Fariza Octavia

Kelompok 2 "Pendidikan"

FMIPA - Biologi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline