Lihat ke Halaman Asli

Pertemuan Pertamaku dengan Alfan

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13325260281346431416

Malam ini aku terbangun pas ditengah malam, pukul 00.15 dini hari..

Ya aku terbangun lantaran aku bermimpi tentang dia, dia yang selalu ada dalam kotak-koyak kenangan di hatiku, dia yang selalu aku kenang, dia yang pernah aku cintai dan kubenci selama hidupnya, dia yang telah tiada..

Sebuah nama sangatlah terasa indah di dengar, apalagi pembawaan dari orang yang memiliki nama tersebut. tersebutlah sebua nama Alfan, lengkapnya Mochammad Choirudin Alfan. Lahir Bojonegoro tanggal 16 Januari 1990. Merupakan salah satu mahasiswa jurusan kedokteran umum FK Unissula Semarang dengan segudang prestasinya serta keaktifannya dalam sekertaris di BAI dan asisten laboratorium Mikrobiologi di universitas tersebut.

Aku mengenalnya tak lebih dari seseorang yang pendiam, tak banyak cincong, tak banyak tingkah, dan lelaki yang guyonannya garing. Dia lelaki yang tekun dan tipikal orang yang penyayang berlebihan. Dia yang selalu mendengarkan. Dia itu sering aku anggap aneh, karena dia itu tidak seperti kebanyakan orang-orang. Dia sama sekali buta dengan kehidupan ala mahasiswa kedokteran layaknya yang banyak dibicarakan orang. Dia adalah seorang yang tau bagaimana cara menghargai uang namun demi orang yang disayanginya aku tau dia rela berkorban apapun. Dia adalah sesosok melankolis dari Bojonegoro kota. Dia adalah lelaki yang bisa dengan mudahnya menangis diam-diam karena masalah cinta.

Pertama kali aku mengenalnya adalah ketika itu aku sedang mengikuti kegiatan verifikasi untuk tes masuk Universitas Diponegoro. Saat itu aku sedang duduk bersama teman-temanku. Ada Tyas, Shela, dan Lanny. Tanpa sengaja aku melihat sesosok yang sepertinya selama aku sekolah di SMA N 1 Bojonegoro dari kelas 1 sampai 3, aku pernah melihat orang ini. Aku merasa yakin dia itu murid dari sekolahku. Tapi aku tak mengenalnya, aku hanya sering melihatnya. Dikelas apa ya? Aku berpikir sejenak. Oh iya dia dikelas unggulan, padahal hampir semua anak unggulan aku kenal, kecuali dia dan seseorang lagi. Aku langsung menyapanya dan mengatakan, kamu kan anak sekolahku, dan aku bertanya siapa namamu. Dia menjawab singkat “Iya, namaku Alfan, kamu kelas apa?” aku langsung menjawab namaku dan kelasku serta tujuanku kesini, jurusan yang akan kuambil. Hahahahha aku bercerita panjang lebar tanpa dia menanyakan hal tersebut. oh iya, aku pun memberi tahu teman-temanku bahwa disini juga ada teman kami. Nah ternyata aku baru sadar, Shela kan sekelas dengannya. Selama kegiatan menunggu nama kami dipanggil oleh petugas, aku banyak sekali bertingkah waktu itu. Maksudku bertingkah disini adalah, aku dan hobi kebiasaanku menghilang untuk melakukan observasi kecil-kecilan di lingkungan asing yang baru aku datangi. Singkatnya, aku kelayapan dis ekitar gedung tempat verifikasi karena kebosanan. Setelah capek observasi, aku kembali ke kumpulan teman-teman yang lain. Tentunya dengan dia juga. Alfan memperhatikanku dengan tatapan aneh padaku. Mungkin dia berpikir, ada apa dengan bocah sinting ini, darimana saja dia ngos-ngosan begitu sementara aku saja santai0santai disini, dan oh itu kenapa lagi kepalanya menempel perban. Oh iya kawan, aku lupa memberitahumu. Aku punya hobi konyol yang menginspirasiku untuk menjadi jagoan. Hobiku ini suka menempelkan perban atau hansaplas di keningku supaya aku terlihat seperti jagoan kayak di petualangan sherina itu. Tapi kenyataannya malah banyak menganggapnya aneh. Namun, bagiku terlihat keren.

Akhirnya aku mendengar namaku dipanggil. Wah, ternyata bukan aku saja. Tapi kami bertiga. Lanny, aku, dan alfan. Kami masuk bertiga. Tentu dulu aku tak begitu mengenal alfan. Alfan duduk dengan dipisahkan oleh lanny dariku. waktu itu aku tidak merasakan akan memulai ceritaku dengan alfan dari kejadian ini. Aku mengenalnya sebagai anak sekolahku yang selama tiga tahun baru ku kenal ini. Aku mengenalnya sebagai lelaki pendiam dan tak banyak tingkah saat pertama kali. Itulah pertemuan pertamaku dengan orang yang bernama Alfan. Sama sekali tidak berkesan bukan, tapi dari sinilah akan muncul cerita cintaku bersama dia nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline