Lihat ke Halaman Asli

Kalau Lebih Banyak Kerugiannya daripada Manfaatnya Mending Tidak Usah Ikutan Trend

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seks memang selalu menarik dibicarakan. Tidak dipungkiri lagi sekarang ini memang tidak boleh ditabukan lagi pembicaraan tentang seks, apalagi pendidikan seks itu sendiri bagi kalangan muda dan remaja. Di tengah arus informatika yang begitu deras memasuki negara ini, pendidikan seks yang benar untuk kalangan remaja yang dalam pencarian jati diri adalah difungsikan untuk memberikan pengetahuan yang benar sehingga mereka bisa tahu dengan pasti efek buruk dari perilaku seks bebas itu sendiri dibandingkan dengan kesenangan yang diperoleh dari seks.

Seperti yang dibilang oleh Dr. Boyke kemarin dalam talk show di sebuah TV swasta bahwa sekarang ini 40% remaja di Jakarta sudah melakukan seks pra nikah. Sebuah angka yang terus meningkat, karena beberapa waktu sebelumnya hanya sekitar 20%. Alasan dari remaja ini karena ingin mencoba setelah melihat adegan-adegan yang terasa ‘nikmat’ dari tontonan seks itu sendiri, walaupun sekarang situs-situs porno sudah diblokir sedemikian rupa sehingga sulit diakses. Tapi memang dorongan seks itu sendiri adalah naluriah dan manusiawi. Tapi yang harus diingat adalah semua ada waktu dan aturannya. Tidak diumbar begitu saja.

Berbagai usaha dari orangtua dan pemerintah sendiri untuk semakin meminimalis efek dari pengaruh budaya seks bebas itu sendiri sudah selayaknya mendapat dukungan dari kita semua. Tidak hanya melunturkan budaya bangsa tapi juga efek yang lebih buruk bagi generasi bangsa kita sendiri ke depannya. Bukan hanya perilaku seks yang sebenar-benarnya seks itu sendiri, tapi juga tindakan-tindakan seronok yang mengarah atau memancing-mancing tindakan ke arah tersebut. Memang seks adalah hak asasi setiap manusia, tetapi tentu saja semua ada aturannya untuk mencegah keburukan-keburukan yang mungkin bisa terjadi. Negara kita belum bisa menerima bayi lahir tanpa ada pernikahan dari orang tuanya, walaupun sudah ada peraturan baru bagi kepengurusan akta lahir dari ibu yang tidak mempunyai surat nikah sah, juga para perempuan tidak bisa bersekolah (SMA atau SMP) apabila ketahuan hamil. Belum lagi masalah penyakit menular seksual dan juga HIV AIDS yang bisa tertularkan salah satunya lewat perilaku seks bebas.

Walaupun dalam negeri sendiri hiburan seronok yang mengundang birahi sangat banyak ditemui, itu saja masih sulit diatasi, ditambah dari luar negeri yang semakin bisa menambah kesulitan. Sebenarnya hasil karya dari orang-orang tersebut bisa dikatakan bagus, tapi sayang tidak diimbangi dengan perilaku personalnya. Sebagai public figure segala dari dirinya, karya, kehidupan pribadi dan tingkah lakunya selalu menjadi sorotan publik. Dan bagi orang yang tidak hati-hati, supaya bisa seperti yang diidolakan kadang dilakukan. Kalau dipikir lebih banyak kerugiannya dari pada manfaatnya, sengetrend apapun suatu budaya baru lebih baik tidak kita ikuti. Bijak-bijaklah buat kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline