Lihat ke Halaman Asli

Otoritas Alkitab

Diperbarui: 4 April 2016   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://milnrow.org"][/caption]
 

Otoritas Alkitab merupakan tema dasar teologis yang menghantar pada pembahasan mengenai penyataan, pewahyuan, ketidakbersalahan dan beberapa tema yang lain mengenai Alkitab. Dalam Tata Gereja GKI pasal 3 (BPMS GKI, 2003), mengenai Pengakuan Iman, pada ayat 2 berbunyi:

“GKI mengaku imannya bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman Allah, yang menjadi dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja.”

Dari pernyataan ini maka kita memahami beberapa hal mengenai pengakuan iman GKI terhadap keberadaan Alkitab:

  • Alkitab terdiri atas Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
  • Alkitab adalah Firman Allah
  • Alkitab adalah dasar dan norma tunggal kehidupan gereja.

Sebagai pedoman tunggal kehidupan gereja, maka kita perlu memegang Alkitab sebagai Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, sehingga kita memahami dan menghidupi serta tidak kehilangan Firman itu pada kita.

Saat ini kita memahami kata Alkitab sebagai nama dari Kitab Suci kita, orang Kristen. Kata Alkitab merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang seharusnya ditulis Al Kitab. Kata ‘kitab’ memiliki makna buku pegangan atau ‘buku wajib’ dalam kegiatan belajar mengajar. Sementara ‘Al’ merupakan artikel, yang menunjuk hal tertentu yang ditunjukkan oleh kata berikutnya, hal ini dapat diartikan sama dengan kata the dalam bahasa Inggris.

Alkitab terdiri atas Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB), yang masing-masing perjanjian terdiri atas kitab-kitab yang bersifat kanonik. Keseluruhan kitab yang berjumlah 66 ini, 39 PL dan 27 PB, diterima sebagai kitab-kitab kanon, dan disatukan pada abad 2-4 masehi. Istilah kanon akan dibahas lebih lanjut dalam bagian berikutnya.

Secara keseluruhan Alkitab ditulis oleh lebih dari 40 penulis dari berbagai latar belakang. Pengilhaman isi Alkitab tidak menggunakan manusia sebagai robot yang menerima firman kata per kata. Isi Alkitab datang kepada kita dengan perantaraan manusia, dan tanpa mengurangi keberadaan manusia tersebut. Walaupun dituliskan, ditulis ulang dan diterjemahkan oleh manusia, kita percaya bahwa itu semua terjadi dalam kuasa dan bimbingan Roh Kudus. Penulisan seluruh Alkitab terjadi dalam kurun waktu lebih dari 1500 tahun, yaitu mulai jaman Musa hingga abad pertama masehi, namun demikian kita memahami Alkitab sebagai satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh.

Alkitab berisikan kesaksian menyeluruh tentang Allah, selain itu Alkitab juga berisikan kesaksian mengenai tanggapan manusia terhadap pernyataan Allah. Kesaksian-kesaksian itu berpusat pada Kristus yang padanya kita terhisap dalam keselamatan yang disediakannya sehingga kita berikutnya akan mengalami penggenapan Kerajaan Allah.

Kanon Kitab Suci dapat diartikan secara sederhana sebagai susunan kitab yang terdapat dalam Kitab Suci. Daftar ini dikenali sebagai tulisan berharga yang digunakan dalam perkumpulan ibadah orang. Dalam konteks Kristen dapat dikatakan sebagai ‘daftar tulisan yang diterima Gereja sebagai dokumen-dokumen dari wahyu ilahi (Bruce, 1988; Hanson, 1954). Kata kanon berasal dari bahasa Yunani yaitu kanw`n atau kanon yang memiliki arti buluh atau batang, sebuah batang atau buluh yang lurus yang digunakan sebagai aturan. Dalam bahasa Inggris biasa digunakan sebagai ukuran atau standar. Yang kemudian pada bahasa-bahasa lain menunjuk pada karakter dan struktur buluh itu (Harrison, 1991).

Penggunaan istilah kanon ini pada masa kekristenan yang mula-mula adalah untuk menunjuk pada peraturan iman atau pada tulisan yang memenuhi standar, berotoritas. Dengan demikian kanon dapat diartikan sebagai tulisan yang diterima mencapai standar yang sebenarnya adalah Firman Tuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline