Octavia Dingss, seorang seniman multifaset, indigo, dan clairvoyant, dikenal dengan kedalaman emosional dan kemampuan bercerita melalui potret diri. Karya-karyanya sering kali mengeksplorasi tema-tema tentang identitas, kerentanannya, dan perjalanan waktu. Baru-baru ini, melalui cerita di Instagram, Octavia membagikan pesan yang kuat tentang ketidakkekalan, yang tak hanya menginspirasi, tetapi juga mengajak kita untuk merenung lebih dalam tentang arti hidup itu sendiri.
Dalam ceritanya yang baru, Octavia dengan berani mengajak pengikutnya untuk menghadapi sebuah kebenaran universal: segala sesuatu yang kita anggap penting itu bersifat sementara.
"Kamu akan kehilangan segalanya. Uangmu, kekuatanmu, ketenaranmu, kesuksesanmu, mungkin bahkan ingatanmu. Penampilanmu akan memudar. Orang-orang yang kamu cintai akan 'mati.' Tubuhmu akan hancur," tulisnya. Kata-kata yang tajam ini bukan untuk menimbulkan keputusasaan, melainkan untuk mendorong kita merenungkan fragmen-fragmen kehidupan dan pentingnya setiap momen yang kita jalani.
Sebagai seorang clairvoyant dan intuisi, pandangan Octavia datang dari pemahaman mendalam tentang ketidakkekalan dunia material. Namun, pesan yang disampaikannya bukanlah tentang kehilangan, melainkan tentang kehadiran yang mendalam. "Saat ini, di momen ini, kamu berdiri di atas tanah yang suci dan kudus," lanjutnya. "Karena apa yang akan hilang belum hilang, dan menyadari hal sederhana ini adalah kunci untuk merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan."
Bagi Octavia, kesadaran akan ketidakkekalan hidup bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan sesuatu yang harus diterima dengan penuh rasa syukur. Setiap hal yang kita miliki saat ini, baik itu orang-orang di sekitar kita maupun pengalaman yang kita jalani, adalah sementara, dan dalam ketidakkekalan itulah kita dapat menemukan pengertian hidup yang mendalam.
"Kehilangan telah mengubah hidupmu menjadi sebuah altar," katanya, mengajak kita untuk melihat kehadiran setiap momen sebagai hal yang suci.
Pespektif ini sangat terkait dengan perjalanan artistiknya. Potret diri yang ia buat bukan hanya sekadar gambar, melainkan sebuah lanskap emosional yang menggambarkan ketidakkekalan --- kegembiraan, kesedihan, kerentanannya, dan ketahanan. Dalam setiap karyanya, Octavia mengundang kita untuk menyaksikan aliran kehidupan, untuk melihat keindahan dalam segala sesuatu yang bersifat sementara, dan untuk menemukan makna dalam perubahan yang terus-menerus terjadi.
Refleksi tentang ketidakkekalan ini adalah panggilan untuk hidup dengan kesadaran penuh. Untuk benar-benar menyadari betapa berharganya setiap momen yang kita jalani dan untuk mendekati kehidupan dengan rasa syukur. Dalam setiap interaksi, dalam setiap pengalaman, ada sakralitas yang menanti untuk kita temui, meski semuanya akan hilang suatu hari nanti. Melalui pesan ini, Octavia mengajak kita untuk hidup dengan mata terbuka, merayakan keindahan dalam ketidakkekalan, dan meresapi kedalaman dari apa yang kita miliki sekarang.
Kebijaksanaan Octavia mengingatkan kita bahwa kita tidak perlu menunggu kehilangan untuk belajar menghargai apa yang kita miliki. Setiap momen, setiap hubungan, dan setiap pengalaman adalah sakral dalam keberadaannya yang sementara. Di dunia yang sering kali terburu-buru mengejar hal-hal besar berikutnya, pesan Octavia mengajak kita untuk melambat, untuk benar-benar melihat keindahan dari apa yang ada di hadapan kita.
Karya-karya Octavia, baik sebagai seniman maupun sebagai seorang pembimbing spiritual, mengajak kita untuk hidup lebih dalam, dengan kesadaran penuh, dan dengan rasa syukur terhadap ketidakkekalan yang menjadikan setiap momen begitu berharga. Dengan menghadapi kebenaran ketidakkekalan dengan mata terbuka, kita membuka diri untuk hidup lebih penuh --- untuk mencintai dengan lebih dalam, untuk menciptakan dengan lebih otentik, dan untuk merasakan dunia dengan rasa kagum yang mendalam.