Jaman sudah berubah, beda dulu, beda sekarang.
Jaman dulu aku masih muda, nulis pakai mesin ketik 'OLIVETTI' jari lentikku bukan ketak-ketik tapi cetak-cetok.
Haha ... aku tertawa geli sendiri.
Kalau di rumah nulis pakai mesin ketik pribadi, merk 'Olivetti' biru muda, pemberian dari kakak nomer 2 yang membiayai sekolahku. Kadang aku bawwa dengan nggaya / aksi, menenteng mesin ketik portable, merasa jadi orang kantoran.
Menulis perlu keberanian.
Enak jaman sekarang, naskah sudah di meja redaksi, masih gampang di koreksi/ edit sana sini, baru acc terus naik cetak.
Jaman dulu, ribet banget, mesin cetaknya masih manual, diputar dengan tangan, pokoknya jadul banget.
Meliput berita, menulis wawancra, pakai tulisan 'steno' tulis cepat, wartawan harus bisa nulis steno, setelah dapat bahannya, baru diketik pakai mesin ketik jadul.
Itu masalah hardware'nya. Masalah sofware'nya beda lagi.
Itulah yang aku tahu, liku-liku dunia tulis journalis jadul, taoon 60-70-80an.
Kalau ada yang salah mohon di koreksi.
Nulis berita, atau laporan pakai 'pena' masih dengan tinta isian, belum model ballpoint. Maka dari itu, wartawan di sebut 'Kuli Tinta'.
Isi laporan, terutama berita, ditakuti para Pejabat, karena berita yang di muat di media cetak, bisa sangat tajam, setajam pena yang dipakai menulisnya.