Sebuah trend atau sebuah ekspansi bisnis ?, ketika ramai para pesohor tanah air berlomba-lomba menginvestasikan kekayaan mereka di industri sepakbola nasional. Industri sepakbola Indonesia kendati belum bisa dikatakan profitable, namun cukup menarik minat investor dalam dan luar negri, hal tersebut terbukti dengan nama liga Indonesia yang sempat akan ber-Title Partner Qatar National Bank, walaupun pada akhirnya batal karena suatu hal.
Di kancah lokal tersebutlah nama Bambang Susanto, pengusaha asal semarang yang membangun ulang PSIM Yogyakarta; Raffi Ahmad dengan RANS FC Cilegon; YouTuber terbesar Asia Tenggara, Atta Halilintar dengan AHHA Pati FC; Erick Thohir yang rela harus turun kasta dari pemilik mayoritas saham Internazionale Milan kini menjadi boss Persis Solo Bersama Kaesang Pengarep. Dan tercatat pula nama Rendra Soedjono, seorang pemandu acara olahraga di layar kaca yang kini menjabat sebagai COO Dewa United.
Mereka datang membawa angin baru, tata kelola klub menuju standar AFC, keuangan klub yang boleh dikatakan sehat, infrastruktur olahraga yang memadai, serta logo yang terbilang modern dan nama klub yang revolusioner.
Liga Indonesia, walaupun jamak belang disana-sini namun value nya sangat mengiurkan. Sepakbola Indonesia adalah pasar yang besar, hal itu pun diamini oleh CEO Manchester City, Ferran Soriano. Dan tentu saja market yang besar amat menarik dimata pelaku industri sepakbola dan tentunya mafia bola.
Jika kita tarik garis waktu beberapa tahun silam, praktik match fixing pernah terendus publik sepakbola Indonesia dan melibatkan beberapa oknum sepakbola nasional. Diakui atau tidak ada tangan-tangan tak terlihat yang menodai kompetisi sepakbola kita, hingga pernah terlontar dari salah satu punggawa PT. Liga Indonesia bahwa bandar judi sepakbola hanya tertarik pada liga yang besar dan kompetitif, dan kita tahu liga Indonesia amat besar dan valueable.
Oknum-oknum yang berbuat jahat demi kepentingan pribadi dan kelompok di dunia persepakbolaan Indonesia mungkin telah menuai perbuatannya, hukuman pidana telah dijalani pun hukuman secara kelembagaan dari PSSI telah dijatuhkan, kita berharap liga Indonesia yang akan segera bergulir bersih dari praktik-praktik yang mencederai jiwa sportifitas, demi bergulirnya sebuah kompetisi yang sehat hingga menghasilkan output pemain-pemain yang berkualitas untuk selanjutnya menjadi tulang punggung tim nasional.
Raffi, Atta, Rendra dan Kaesang adalah "anak baru di komplek". Kita berharap dengan adanya "anak-anak baru" di ekosistem persepakbolaan Indonesia dapat mendorong terciptanya perbaikan dan kemajuan.