Lihat ke Halaman Asli

armand yazin

#inarmandastheniawetrust

Soneta dan Gigi, Contoh Baik dan Buruk Kualitas Musisi di Atas Panggung

Diperbarui: 13 Juni 2020   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kita menyaksikan konser secara langsung lalu mendapati penampilan artis yang kita saksikan tak istimewa daripada album rekaman studio ?, atau kita merasa ada sesuatu yang timpang dan "bolong" dari penampilan langsung artis di atas panggung ?, atau jangan-jangan kita malah lupa akan atmosfer pertunjukan musik karena terlalu lama tak menghadiri konser diakhir pekan karena wabah virus corona yang memaksa dunia pertunjukan ditiadakan ?.

Sejenak kita mengenang masa dimana konser ramai diadakan sebagai salah satu atraksi pariwisata dan roda penggerak ekonomi kreatif, dimana hampir tiap akhir pekan selalu ada gigs yang berlangsung, lalu kita ingat baik-baik adakah artis yang performa nya "berbeda" daripada rekaman yang biasa kita dengar di perangkat stereo. Adakah ?, pasti ada.

Yep, tidak semua artis mampu membawakan hasil karya secara  live show sebaik hasil album studio. Karena hasil rekaman studio yang kita analogikan sebagai "masakan" tentu  telah melewati beberapa proses "dimasak", dimana  hasil rekaman dari beberapa personil mengalami proses edit, over-dub, mixing kemudian mastering. Hasil dari proses "masak-memasak" di dapur rekaman tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga hasilnya cantik, rapi, sempurna dan layak dinikmati selayaknya yang kita dengar di rilisan fisik (kaset, disc, vinyl dan sebagainya) atau melalui platform musik digital kesayangan kita. Bahkan perkara produksi album seperti recording, mixing dan mastering ini acap kali memaksa musisi tanah air untuk mengungsi ke luar negri demi mengejar kepuasan serta hasil maksimal, karena bunyi yang wah itu mahal.


Proses rekaman dengan tujuan akhir hasil yang sempurna dan bunyi yang istimewa bukan suatu hal yang mudah dan murah, walaupun di era saat ini rekaman dapat kita lakukan di kamar rumah bahkan di luar ruangan dengan seperangkat hardware dan software yang bisa kita dapatkan di toko daring, pernah dengar doktrin "anti studio" dan "anti tembok"-nya Bang Indra BIP ? that's it..!

Oleh karena itu, artis atau band yang terlanjur sempurna dihasil rekaman tentu mempunyai tanggung jawab untuk menyajikan "masakan" sebaik hasil rekaman dengan baik di atas panggung, nah hasilnya tentu seperti yang pernah kita saksikan di gelaran-gelaran pertunjukan yang pernah kita sambangi sebelum era pandemi. 

Ada artis yang live perform nya sama persis, ada yang hampir mendekati, dan tentu ada juga  yang "berbeda" daripada hasil rekaman. Namun bukan berarti kita bisa serta merta men-judge band tersebut tidak jujur dan buruk, tentu tidak.

Ada beberapa band yang kualitas penampilan panggungnya berbeda  dengan hasil rekaman studio, apakah memang karena kualitas permainan band tersebut jelek? Ataukah karena proses rekaman band tersebut terlalu banyak "bumbu masakan"? 

Well banyak faktor yang menentukan baik-buruknya  live perform suatu band, semisal instrumen yang tidak memenuhi kualitas standar, sistem tata suara yang kurang memadai dan banyak faktor lain. 

Maka untuk mengantisipasi hal tersebut band mempunyai apa yang kita kenal sebagai technical riders, yaitu mekanisme produksi, daftar instrument dan sarana yang harus dipenuhi oleh pengelola acara sesuai standar demi menunjang kesempurnaan artis beraksi di atas panggung. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline