Hari ini sebuah jersey suatu kesebelasan menjadi hal teramat penting, suatu hal yang iconic dan memorable. Menjadi monumen sejarah takala suatu kesebelasan menorehkan prestasi apapun itu seperti menjuarai kompetisi, memenangkan gelar, promosi ke kasta yang lebih tinggi atau bahkan selamat dari jurang degradasi.
Di liga Eropa dimana sepakbola menjadi industri, merchandise adalah salah satu lumbung pemasukan klub. Merchandise ini di kelola oleh official store klub secara profesional, lazimnya store ini berada dalam satu area komplek stadion tim bersangkutan, bahkan ada beberapa klub sepakbola Eropa yang membuka cabang official store nya lintas benua.
Fans mana yang tak bangga memiliki merchandise yang bersertifikasi resmi klub atau bahkan mungkin jersey pemain kesayangan lengkap dengan tanda tangan pemain favorit ?.
Di kancah liga Eropa bahkan jersey klub dibuat dalam 3 versi atau lebih bergantung seberapa banyak gelaran kompetisi yang mereka ikuti, semakin banyak kancah kompetisi yang mereka ikuti semakin banyak varian jersey yang mereka produksi, dan semakin banyak pula pilihan bagi supporter dan semakin lebar pula kesempatan klub berjualan dan meraup untung.
Tengoklah pada salah satu tim La Liga yaitu Real Madrid pada tahun 2003 dimana penjualan jersey bernomor 23 menjadi sangat laris kala itu, pasalnya siapa lagi jika bukan David Backham selebiti lapangan hijau pemilik nomor punggung 23 tersebut.
Kala itu El Real berhasil membukukan laba penjualan 1 juta jersey resmi. Walaupun tentunya dibalik itu masih ada pembagian profit antara klub dengan produsen apparel.
Membeli merch klub adalah salah satu cara bagi supporter sepakbola tuk turut serta didalam membantu finansial klub disamping cara utama yakni dengan hadir mendukung di stadion dengan membeli tiket, tentu kita ingat istilah one man one ticket yang kerap didengungkan oleh supporter tanah air dalam mendukung bond kesayangannya.
Sebuah jersey tentu adalah representasi dari sebuah identitas klub, ambilah satu contoh AS Roma, klub asal ibukota Italia tersebut bangga akan corak merah marun dan kuning pada jersey sebagai sebuah romantisme keperkasaan serdadu era kekaisaran Romawi.
Adakalanya sebuah jersey mengikuti lambang atau corak warna klub, ambilah contoh Barcelona, Milan,Internazionale, Juventus, Newcastle, Udinese, Deportivo La Coruna, bertahun-tahun corak baju perang di lapangan hijau mereka hampir sama, menunjukkan karakter.
Hanya beberapa variasi kecil yang berbeda di tiap musim kompetisi yang disesuaiakan dengan teknologi dan trend dari apparel bersangkutan. Dan itu menjadi sebuah ciri, identitas, dan karakter dari sebuah klub.