Dalam sebuah Kota yang besar di Pontianak ini ada keluarga yang mengalami kemiskinan. Ada salah satu keluarga di Daerah Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, yang mengalami keterpurukan yang terpaksa menitipkan kedua anaknya untuk dirawat oleh Keluarganya.
Keluarga ini terdiri 9 anggota keluarga yang terdiri dari Suami,istri dan 7 anak. Yang dimana 2 anaknya sudah ada yang berkeluarga, dan 2 anaknya yang terpaksa harus dititipkan kepada kelurganya demi masa depan mereka, serta 3 anaknya yang masih menjdi tanggungan keluarga ini.
Alasan keluarga ini menitipkan kedua anaknya bukan karena tidak ingin merawat kedua anaknya tetapi kondisi ekonomi mereka yang tidak memungkinkan untuk menjamin masa depan mereka. Dengan bertujuan agar anaknya dapat melanjutkan pendidikan yang terhalang oleh kondisi ekonomi orang tuanya. Salah satu anggota keluarga ini yang menjadi narasumber kami yaitu Seorang Ibu Rumah Tangga yang dapat dikatakan seorang istri sekaligus ibu yang hebat bagi suami dan anak-anaknya. Sebelumnya ibu ini beranggota 9 Keluarga termasuk 7 anak dan suami.
Dimana kondisi suaminya saat ini sedang jatuh sakit sudah hampir 2 tahunan hanya terbaring lemah di Kasur, tidak dapat beraktivitas seperti biasanya. Suami ibu ini dulunya bekerja sebagai Buruh bangunan dimana pendapatannya tidak menentu.
Semenjak suaminya jatuh sakit tidak ada yang bekerja untuk memenuhi kehidupan sehari-hari mereka, sedangkan ibu ini hanya dapat membantu adik kandungnya yang berjualan kue. Itupun jika adik nya memerlukan bantuan sang kakaknya, dengan membantu adiknya, biasanya ibu ini mendapatkan upahnya hanya sebesar Rp. 40.000 - Rp. 50.000 / perhari. Tergantung dengan keramaiannya, jika jualanya habis maka ibu mendapatkan upah yang lebih jika jualannya tidak habis maka ibu ini menerima upahnya tidak banyak. Terkadang adiknya juga memberikan lauk pauk untuk keluarga ibu ini.
Ibu ini memiliki 7 anak yang dimana 2 anaknya sudah menikah, 2 anaknya ikut kakak kandung dari ibu ke Daerah Kapuas Hulu dan 3 anaknya masih menjadi tangungan ibunya dan 2 anak ibu ini masih sekolah SMP dan SD.
Anak ibu ini yang masih SMP ini untuk pergi kesekolah hanyalah mengandalkan tumpangan dari temannya, jika tidak ada tumpangan maka ia pergi sekolah hanyalah berjalan kaki saja. Dan anak yang terakhir ini masih SD pergi sekolah hanyalah menggunakan sepeda yang ada. Ibu ini tidak memiliki kendara apapun seperti sepeda motor ataupun mobil, ibu ini hanya memiliki 1 sepeda saja yang digunakan anaknya untuk sekolah. Dulu sebelum suaminya jatuh sakit dan masih bekerja ibu memiliki kendaraan yaitu motor, tetapi pada saat suaminya jatuh sakit motornya diambil oleh anaknya dengan alasan tidak ada yang bisa menggunakan motor tersebut.
Kondisi rumah yang ditempati meraka ini hanya seluas 9 X 18 meter persegi . Dimana memiliki 3 ruangan saja, yaitu kamar tidur yang hanya cukup 2 orang saja, ada ruangan tamu yang terbagi Menjadi dapur dan dibatasi untuk kamar yang mana tidak diberikan untuk pembatas antara ruang tamu dan kamar keduanya dan hanya sebatas ada pintu yang dibuat dari seng bekas saja. Dan dapurnya ini hanyalah sebatas kompor dan meja untuk menyimpan lauk pauk dan peralatan masak saja. Dengan kondisi toilet nya yang tidak layak untuk digunakan, mereka hanya menggunakan kloset jongkok yang berada di belakang rumahnya, hanya tertutupi dengan seng bekas dan berlantai dengan tanah dan tidak memiliki akses air bersih dan air yang mengalir.
Mereka hanya mengakut air dari air parit/sungai yang berada di depan rumah mereka untuk mandi dan sebagainya. Untuk mandi biasanya keluarga ibu ini mandi di parit atau air Sungai yang ada di depan rumahnya saja, kondisi air di parit itu tidak bersih. Untuk kondisi atap rumahnya juga sangat prihatin banyak sekali sengnya yang sudah bocor dimana-mana dan hanya di tampalkan dengan plastik saja.
Terkadang pada saat hujan deras dan angin kencang rumah ibu lastri ini tempias air hujan. Dikarenakan lantai rumahnya juga kayu maka ketika hujan deras lantai rumah ibu ini sudah banyak yang rapuk juga. Keluarga ini keseharianya minum dengan menggunakan air hujan yang beliau masak dan terkadang jika hari kemarau terpaksa membeli air galon saja. Dan memasak menggunakan gas LPG 3 kg. Terkadang jika tidak memiliki uang untuk makan, ibu lastri ini hanya mengandalkan adiknya untuk memberikan lauk ataupun makan menggunakan kecap saja. Dan terkadang ibu ini mendapatkan lauk dari tetangganya.