Sebagai seorang mahasiswa, saya menyadari pentingnya kesetaraan gender melalui perspektif feminis. Pengalaman pribadi saya dalam menggali pemahaman ini dimulai ketika saya belajar di kelas Teori Komunikasi dan Postmodernisme Dr. Geofakta Razali. Dalam diskusi tersebut, saya mendengar cerita-cerita tentang ketidaksetaraan yang masih banyak dialami oleh perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari dunia kerja hingga ruang publik. Hal ini membuka mata saya terhadap ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita, dan saya semakin yakin bahwa setiap individu, tanpa memandang gender, seharusnya memiliki hak dan peluang yang sama.
Salah satu aspek menarik dalam kelas tersebut adalah peran laki-laki dalam mendukung kesetaraan gender. Saya belajar bahwa sebagai laki-laki, saya memiliki tanggung jawab untuk menjadi sekutu perempuan dalam perjuangan mereka. Ini bukan hanya tentang memberikan dukungan verbal, tetapi juga melibatkan diri aktif dalam mengidentifikasi dan menentang perilaku atau norma sosial yang merugikan perempuan. Saya menyadari bahwa perubahan ini membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak, termasuk laki-laki, untuk menciptakan lingkungan yang adil dan inklusif.
Pengalaman ini secara signifikan memengaruhi identitas saya sebagai seorang laki-laki dalam konteks sosial modern. Saya merasa lebih terlibat dalam upaya untuk menciptakan kesetaraan gender, bukan hanya untuk kepentingan perempuan, tetapi juga untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan. Saya meyakini bahwa melibatkan laki-laki dalam perjuangan kesetaraan gender bukan hanya tanggung jawab, tetapi juga merupakan langkah yang krusial untuk mencapai tujuan bersama dalam menciptakan dunia yang lebih inklusif bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H