Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Ketika Hidup Tidak Lagi Berwarna

Diperbarui: 15 Januari 2022   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apa yang terjadi?
Apa yang terjadi ketika hidup tidak lagi berwarna?

Apakah warna sudah memudar?
Atau, sudah mulai luruh?
Ataukah, segala sesuatu sudah berhenti mengeluarkan warna?

Gelap yang mengiring malam hingga subuh dengan pekatnya hitam memiliki warna.
Badai, hujan dan gelombang datang bersama warna.
Bahkan, kelabupun adalah warna.
Semua yang bisa disentuh dan dilihat, datang bersama warna dan citarasa.
Mungkinkah hidup berjalan tanpa warna?

Apa yang terjadi?
Apa yang terjadi ketika hidup tidak lagi berwarna?

Apakah warna sudah memudar?
Atau, sudah mulai luruh?
Ataukah, segala sesuatu sudah berhenti mengeluarkan warna?

Pada langit, yang terus menerus mencurahkan tetes hujan...
Pada awan, yang sesekali resah dengan suram...
Pada samudra, yang mengantarkan ombak ke pantai...
Pada cakrawala, yang memendarkan merah muda, ungu muda dan oranye ke langit...

Pada kesulitan, yang datang...
Pada pergumulan, yang nyaris tak berhenti...
Pada kesulitan, penuh warna pastel, kesal, sendu dan kelu...
Pada kesedihan, yang tak ada ujung.
Pada warna-warni dunia
.
***
Catatan dari kotaku




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline