Kemarin, gerimis tipis nan rapat sudah mengguyur kota kami sejak sebelum subuh. Aku terbangun karena kilat yang mampir lebih cepat dari sekedar sekejap ke dalam kamarku yang gelap. Hari masih sangat gelap. Suara hujan di langit malam, rinainya yang mengenai dedaunan dan genteng rumah, juga tempiasnya yang mengenai kaca jendela kamar justru makin membuat mata lebih mengantuk.
Natal. Sekarang, Natal. Aku memaksa diri untuk tetap ingat harus terbangun dan bergegas dalam 2 jam berikutnya. Hujan tipis deras ini serupa nyanyian ninabobo yang menenangkan. Hehehe… Ketika tiba waktunya bangun dan bersiap-siap ke gereja, aku memeriksa beberapa bagian rumah. Setelah hujan deras selama beberapa jam, kemungkinan ada beberapa genangan air di beberapa tempat. Ternyata, memang ada.
Hujan masih tetap turun ketika aku memesan transportasi online. Apa ada yang sudah berada di jalan, ya? Mengingat betapa dinginnya cuaca, langit masih belum begitu terang dan kembali tidur adalah pilihan yang lebih mengasyikkan. Aku sudah siap setelah sebelumnya menyiapkan payung dan sandal jepit, memasukkan sepatu ke dalam plastik, dan menunggu transportasi online yang ternyata lebih lama datang. Keadaan ini yang selalu terjadi jika hujan deras turun dalam waktu yang panjang. Entah tidak ada transportasi yang tersedia di radius 2 kilometer atau gangguan sinyal.
Setelah mencoba memesan 3 kali, akhirnya bisa juga melakukan perjalanan ke gereja. Di beberapa ruas jalan yang kami lewati, ada genangan air. Terjadi penumpukan kendaraan di beberapa tempat. Karena tingginya genangan air, sebuah sepeda motor terjebak di sana, sehingga kami sempat memutar lebih jauh.
Tiba di gereja dengan hujan yang masih lebat. Tidak banyak yang hadir. Sebagian teman mengabarkan jika rumah mereka kebanjiran. Ada banyak yang masih dalam perjalanan, dan ada lebih banyak lagi tidak bisa memutar arah karena sudah terjebak macet dan genangan air yang lebih tinggi.
Seseibu memasuki halaman gereja. Aku mengenalnya. Bajunya kuyup, rambut basah, dan tidak mengenakan sepatu. Mobilnya terjebak banjir sekitar 200 meter dari gereja. Keluarganya masih ada di mobil. Dia harus segera tiba di gereja karena ada tugas pelayanan di ibadah Natal pagi. Maka, segera saja dia membuka sepatu hak tingginya, meninggalkan mobil, dan melintasi air menuju ke gereja. Dua kali menggunakan ojek, salah satunya malah masih terjebak banjir, ketika dia meninggal ojek tersebut.
Dengan menggigil, dia menyapa kami yang sedang bengong menatap ke arahnya. Sambil menenteng sepatunya, dia tersenyum dan segera menuju tempatnya bertugas, penuh tekad.
Hatiku penuh dengan takjub. Pasti, bukan hanya ibu yang satu ini memutuskan melintasi genangan air untuk ikut beribadah Natal di pagi yang dipenuhi dingin ini. Hujan deras, baju basah dan cuaca dingin, jelas, tidak mengurangi sukacita Natal tahun ini. Natal 2021, natal ke-2 di masa pandemi. 😊
Pagi Natal
Langit kelabu, gerimis masih terus turun. Di beberapa ruas jalan, air sudah tergenang. Kami tahu, ada beberapa titik yang akan muncul genangan air jika hujan deras. Apalagi, hujannya sejak sebelum subuh. Genangannya makin banyak. Mulai genangan setinggi mata kaki orang dewasa, melewati betis hingga genangan air setinggi lutut orang dewasa. Kediaman beberapa teman dan karib pun ada yang tergenang, entah berada di dalam rumah, di halaman rumah pun ada genangan yang muncul di jalan depan rumah. Genangan yang agak tinggi, digunakan beberapa anak-anak untuk bermain.
Berita, gambar dan video mampir di telepon selularku. Aku melihat mobil-mobil diparkir dengan air setinggi pegangan mobil mengelilingi mobil-mobil tersebut, motor-motor yang didorong melintasi air setinggi pinggang, juga video air yang memasuki rumah dan menggenangi perabot rumah. Ada juga video yang menunjukkan seseorang bahkan meletakkan sepeda motornya di atas kursi panjang.