Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Sepatuku yang Ingin Kupakai Hari Ini

Diperbarui: 12 November 2021   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kemaren, aku memakai sepatu kulit dengan warna hitam mengkilat.
Kulitnya yang indah dengan kilau mencolok.
Setelah beberapa waktu, kulit kakiku menjerit.
Kulit sepatu tak padu dengan kulit kakiku.

Pernah, aku melihat seseorang memakai sepatu seperti itu.
Aku, memandang dan terkagum, pada hitam yang mengkilat.
Orang lain, memandang dan terkagum, pada kulit yang berkilau pada kaki yang berayun anggun.
Apakah pemilik sepatu menikmati sepatunya?
Atau, sebaliknya, menikmati pandangan kagum kami?

Minggu lalu, aku memakai sepatu kets berwarna putih,
dengan tali temali berwarna-warni .
Lumpur, asap, debu dan becek menambah warna pada putih cerah,
yang membuat hatiku resah, juga gundah.

Pernah, aku melihat seseorang memakai sepatu seperti itu.
Aku, memandang dan terkagum, pada putih yang mencolok.
Orang lain, memandang dan terkagum, pada pelangi di kaki si pemilik sepatu.
Apakah pemilik sepatu menikmati sepatunya?
Atau, sebaliknya, menikmati pandangan kagum kami?

Kondangan lalu, sepatu high-heelsku mematut diri di kaca.
Kali lain, boot-ku pun menaikkan pandang.
Tetiba saja, kepalaku seolah lebih dekat semili ke arah langit.
Dan, langkah menjadi lambat, pelan, tertata, sulit dan rumit.

Pernah, aku melihat seseorang memakai sepatu seperti itu.
Aku, memandang dan terkagum, pada langkah tegas dan lugas.
Orang lain, memandang dan terkagum, pada tangguh di kaki si pemilik sepatu.
Apakah pemilik sepatu menikmati sepatunya?
Atau, sebaliknya, menikmati pandangan kagum kami
?

Janganlah bermurah hati meminjamkan sepatumu,
sepatumu tidak tentu akan pernah cocok untukku.
Entah warna, entah bentuk, entah bahan.

Sepatuku sederhana dengan warna pastel seadanya,
pudar warnanya, terlalu sering dicuci, kering, pakai.
Tipis sol-nya, kerap diajak ke mana-mana.
Nyaman, seolah bagian dari kakiku.

Jika begitu menyakitkan mengapa aku mengenakan ukuran sepatu orang lain?
Jika begitu melukai, mengapa setiap orang memaksakan sepatu mereka pada orang lain?
Jika begitu melukai, mengapa setiap orang memaksakan sepatu mereka padaku untuk kupakai?

Sepatuku sederhana dengan warna pastel seadanya,
pudar warnanya, terlalu sering dicuci, kering, pakai.
Sepatuku, yang kupakai hari ini.
Yang tidak menyakiti, yang tidak menyulitkan, tetapi yang menemani dan mendampingi perjalananku
.
***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline