Lihat ke Halaman Asli

Jejak Masa dalam Literatur Suatu Bangsa

Diperbarui: 21 Juni 2020   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Aku ingat beberapa tahun yang lalu, ketika sedang menekuni ilmu kesusastraan, berbincang dengan salah satu guruku tentang literatur Indonesia.

Generasi mendatang akan memahami dan belajar mencintai sejarah bangsa sendiri dan atau banyak peristiwa kelam yang dialami bangsanya jika pada masa itu ada kisah-kisah yang melatarbelakangi dan atau dilatarbelakangi oleh peristiwa tertentu. 

Pada saat itu, dengan sengaja kami menyebut nama Pramodya Ananta Toer. Dalam banyak buku karya beliau, kisah-kisahnya dilatarbelakangi masa pendudukan kembali Belanda di Indonesia dan masa-masa ketidakbebasan berpendapat dan menjadi pribadi yang adalah seteru pemerintah.

Karya-karya literatur tersebut jika dikumpulkan, akan tampak benang merah beberapa peristiwa di zaman-zaman awal kemerdekaan negeri ini, bagaimana Negari ini, yang kala itu masih muda, berjalan tertatih sambil menegakkan kepala dan terus menerus memahami apa yang melatarbelakangi banyaknya warna yang akan telah dimiliki nusantara selama berabad-abad panjangnya.

Berikut beberapa contoh literatur lain yang merujuk ke peristiwa tertentu di masa kemarin.

Amba adalah buku karangan Laksmi Pamuntjak yang berkisah pencarian Amba terhadap kekasihnya sampai ke pulau Buru. Dugaan Amba adalah, kekasihnya disangkakan terlibat dengan aktivitas mahasiswa yang bersebrangan dengan pemerintah.

Sebagai akibatnya, tanpa putusan pengadilan, kekasihnya ikut diangkut ke pulau Buru dan seumur hidupnya tidak pernah meninggalkan pulau Buru. Pada masa itu, sepanjang kwartal terakhir 1965 hingga kwartal awal 1966, kegiatan berkelompok acap dicurigai sebagai gerakan represif menentang pemerintahan saat itu.

Sebaliknya, Kubah, karya Ahmad Tohari menceritakan seseorang yang awalnya dianggap terlibat organisasi terlarang, diangkut ke pulau Buru namun diizinkan kembali ke kampong halaman.

Di beberapa kisah pada Metafora Padma, kumpulan cerpen karangan Bernard Batubara, menggambarkan secuplik peristiwa kelam bangsa kita yang terjadi di Kalimantan. 

Kepiluan masyarakat setempat yang digambarkan Bara membuat kita mengerti dan memahami bahwa kelak perstiwa seperti tidak perlu terjadi lagi. Sungguh tidak sepadan jika dibandingkan dengan jumlah nyawa yang melayang tanpa tahu penyebab konflik sesungguhnya di sana!

Anak-anak Revolusi, karya Budiman Sujatmiko berkisah tentang kejadian yang mencapai puncak di tahun 1998. Kisah tentang kemiskinan yang menuntun kepada ketidakmerataannya sejahtera; kisah tentang seorang belia yang belajar politik sejak masih sangat muda; kisah tentang kebebasan berpendapat yang menuntun kepada peristiwa ketika sejumlah besar mahasiswa memenuhi Gedung DPR/MPR RI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline