Lihat ke Halaman Asli

Manakah yang Lebih Mudah: Meminta Maaf Ataukah Menawarkan Maaf?

Diperbarui: 14 April 2019   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sebuah diskusi di dalam kelas, aku pernah bertanya pada siswa, apakah pernah mereka melakukan kesalahan. Semua mengangguk, mengiyakan. Semua mengangkat tangan, mengakui. Sebagian besar melakukannya pada orang-orang terdekat, yaitu adik dan atau kakak, orangtua (papa, mama, kakek dan nenek) dan guru.

Pertanyaan yang kemudian adalah, manakah yang lebih mudah; meminta maaf ataukah menawarkan maaf ? Senyap. Aku melihat wajah-wajah yang sedang memikirkan kembali pertanyaan tersebut. Manakah yang lebih gampang untuk dikerjakan, meminta maafkah? Atau menawarkan maaf?

Aku menjelaskan secara ringkas bahwa jika kita meminta maaf berarti kita mengakui kita melakukan kesalahan, ikut bertanggung jawab terhadap sesuatu ataupun peristiwa tertentu dan bersedia menerima konsekuensi akibat kesalahan tersebut.

Sebaliknya, jika kita menawarkan maaf berarti kita menerima kesalahan orang lain dan ikhlas tidak mengingat kesalahan orang tersebut sekalipun mereka tidak meminta maaf, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menawarkan maaf juga berarti terus menerus memiliki sikap yang positif terhadap yang melakukan kesalahan.

Bertanyakah kita bertanya dalam diri, manakah diantara hal berikut yang paling gampang untuk dilakukan. Apakah meminta maaf ataukah menawarkan maaf?

Setelah berdiskusi terbuka dan mendengarkan pendapat pribadi mereka, aku mendapati hal-hal yang selanjutnya akan menjadi bahan pemikiran secara pribadi, yang bisa didiskusikan kemudian baik secara berkelompok maupun refleksi-diri.

Kami berkesimpulan bahwa menawarkan maaf adalah hal yang tersulit, karena:

1. Pihak yang menawarkan maaf memiliki kesadaran bahwa sekalipun yang semestinya meminta maaf tidak meminta maaf baik secara verbal maupun bahasa tubuh, maaf tetap diberikan.

2. Tidak akan mengungkit-ungkit dan atau mengingat-ingat kesalahan yang telah dilakukan orang lain terhadap diri.

3. Tidak akan menunjukkan muka masam, kesal, sebal dan cemberut pada orang yang melakukan salah.

Tentu saja untuk kasus-kasus tertentu, aku tidak mengharapkan anak-anak menutupi kesulitan mereka dari orangtua dan atau guru mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline