Lihat ke Halaman Asli

Saksi Bisu Sejarah yang Telah Ditinggalkan

Diperbarui: 23 November 2018   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)

Juli lalu, aku melakukan perjalanan ke Makassar. Dengan penerbangan kelas ekonomi, aku menempuh 2 jam perjalanan dari Palembang melintasi dua wilayah waktu yang berbeda.

Sebulan kemudian, setelah kembali dari perjalanan tersebut, ketika aku hendak memeriksa harga tiket dengan tujuan yang sama, penerbangan kelas ekonomi tersebut sudah tidak ada lagi. Entah kenapa.

Dua malam di Makassar, aku memilih penginapan yang berhadapan langsung dengan pantai Losari. Menyaksikan senja yang oranyenya memenuhi langit barat dari pantai Losari sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Indah tak terkira.

Sekitar 1 km dari penginapanku, ada sebuah benteng peninggalan Belanda, Fort Rotterdam. Aku menempuh sekitar 25 menit berjalan kaki menuju benteng tersebut.

Bukan. Aku bukan hendak membahas Fort Rotterdam yang di bagian dalamnya ada bangunan gereja peninggalan Belanda dan Museum La Galigo. Bukan pula hendak membahas penginapanku yang merupakan penginapan kapsul pertama di kota tersebut. Juga bukan tentang anjungan pantai Losari yang makin ramai setelah senja berlalu. Artikel ini bukan berkisah tentang jalan-jalan ataupun wisata.

Ketika kita berdiri di bagian atas benteng Fort Rotterdam yang berhadapan dengan laut, kita akan melihat satu bangunan tersendiri. Dari tingginya yang kurang dari 10 meter, aku menduga pastilah bangunan tersebut tugu. Entah tugu untuk mengenang apa. Tugu inilah yang hendak aku kisahkan.

Maka, aku bergegas menuruni tangga benteng tersebut, melewati bangunan yang pernah digunakan untuk memenjarakan pangeran Diponegoro, keluar meninggalkan Fort Rotterdam, menyebrangi jalan dan mendekati bangunan tersebut.

Benar. Bangunan tersebut adalah tugu pahlawan yang peruntukannya sudah tidak tepat. Aku melihat sebagian bagian tugu tersebut digunakan untuk menjemur pakaian. Bagaimana bisa?

(dok. pribadi)

Bangunan setinggi sekitar 4 meter tersebut sudah pudar dan suram warnanya, terkelupas di beberapa bagian, dicat dengan dua warna yaitu agak gelap dan putih. Yang jika diperhatikan dengan baik, keadaan yang mungkin adalah pengecatan yang tidak rampung.

Ada tangga berbentuk lingkaran yang mengelilingi tugu tersebut. Tidak ada pagar yang membatasi tugu tersebut dengan areal sekitarnya. Beberapa bagian tangga yang dilapisi keramik, tampak keramik retak. Di salah satu sisi tugu tersebut terlihat barisan kaleng minuman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline