"Apa penyakit anak saya bisa disembuhkan? terus, kok setelah sering kejang dia (red : anak) jadi nggak bisa belajar?"
Pertanyaan itu sering muncul dalam benak orang tua yang memiliki anak dengan penyakit epilepsi atau sering disebut sebagai "ayan". Epilepsi adalah penyakit susunan saraf pusat/otak (baca juga http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/02/26/apakah-epilepsi-ayan-itu/ ) dengan gejala serangan kejang berulang. Penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini juga memiliki dampak pada fungsi luhur seperti daya ingat, konsentrasi, perhatian, bahkan kepribadian. Disini saya sedikit hendak share mengapa bisa demikian.
Bangkitan kejang yang terjadi terus menerus seperti yang terjadi pada penderita epilepsi menyebabkan adanya kematian sel saraf di otak yang mana bahwa kematian sel saraf sangat sulit untuk mengalami perbaikan/regenerasi.
Sebenarnya tubuh kita memiliki mekanisme untuk regenerasi sel saraf. Beberapa studi membuktikan bahwa dalam otak kita terdapat sel punca yang dapat berkembang menjadi sel saraf yang baru. Dalam perkembangan sel punca itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan yakni dalam hal ini lingkungan otak yang diketahui juga terpapar oleh zat-zat yang dikeluarkan oleh tubuh kita yang pengeluarannya juga dipengaruhi oleh kondisi otak seperti sirkulasi darah ke otak, emosi dan masih banyak lagi.
Apabila dalam keadaan seimbang, zat tersebut akan berfungsi sebagai pengatur perkembangan dengan baik, tetapi apabila jumlahnya tidak seimbang seperti pada penderita epilepsi yang mengalami serangan kejang berulangkali, maka dapat menghambat perkembangan sel punca tersebut untuk menjadi sel saraf pengganti.
Proses ini terjadi bagaikan lingkaran yang tidak memiliki ujung sehingga pada penderita epilepsi, dapat mengalami kerusakan sel saraf yang terus menerus. Lalu bagaimana mengatasinya?
Penanganan epilepsi pertama kali adalah bertujuan supaya penderita bebas dari kejang, sehingga dengan bantuan rehabilitasi atau sering disebut dengan latihan maka fungsi otak dapat berfungsi dengan optimal. Untuk mencapai tujuan itu ada beberapa pendekatan dalam penanganannya.
Pertama adalah dengan menggunakan obat anti epilepsi. Dengan meminum obat anti epilepsi, diharapkan letupan atau stimulus yang dapat menimbulkan kejang dapat diredam, sehingga tidak terjadi kejang. Terbebasnya otak dari kejang, akan sangat mendukung dalam proses rehabilitasi dalam rangka meningkatkan fungsi otak.
Kedua adalah melalui pendekatan pembedahan. Dewasa ini telah banyak berkembang metode pembedahan untuk penderita epilepsi yang bertujuan untuk menghilangkan area diotak yang menyebabkan kejang.
Pendekatan yang ketiga adalah melalui stimulasi pada salah satu saraf kepala (saraf Vagus) yang sering dikenal dengan Stimulasi Saraf vagus (Vagal nerve Stimulation), dimana penderita akan dipasang stimulator pada saraf vagusnya yang kemudian secara berkala saraf itu akan distimulasi guna untuk menyeimbangkan zat dalam otak (neurotransmitter) sehingga tidak terjadi kejang.
Setelah kejang bisa teratasi atau bisa terminimalisir, perlu dilakukan rehabilitasi atau latihan untuk otak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam latihan, bahwa otak kita memiliki kemampuan untuk regenerasi dan proses ini dipengaruhi oleh proses latihan yang dilakukan, stress bahkan depresi (baca ini juga http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/02/26/depresi-dapat-menyebabkan-kurang-berhasilnya-rehabilitasi-paska-serangan-stroke/), So dalam latihanpun harus dihindarkan dari keadaan yang akan memperlambat proses regenerasi sel saraf itu sendiri. (120314/SJ)