Belajar merupakan proses yang sangat menyenangkan. Dengan belajar kita bisa merubah diri dari "tidak tahu" menjadi "tahu. Belajar bisa dilakukan kapan saja tanpa melihat umur kita. Belajar terkadang membangun keingintahuan kita terhadap sesuatu. Belajar pada jaman nowtidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk mencari tahu suatu informasi.
Tehnologi yang modern telah membantu pelajar atau siapapun untuk belajar akan sesuatu dengan cepat. Contoh saja ketika orang ingin belajar main gitar atau organ, saat ini bisa dengan cara melihat tutorial melalui youtube atau aplikasi lain yang mudah didapat. Bukan hanya belajar skill,belajar matematika atau ilmu pengetahuan atau sejarah sekalipun bisa dilakukan melalui buku dan tehnologi.
Selanjutnya, jika merasa kurang mendapatkan suatu pembekalan, maka perpustakaan merupakan media untuk mencari tahu segalanya karena dalam perpustakaan terdapat buku-buku yang menyembunyikan ilmu dan informasi. Perpustakaan akan membawa kita kepada suatu pengalaman untuk mencari tahu "dengan proses dan waktu" untuk menemukan apa yang kita ingin tahu, karena perpustakaan merupakan tempat pengelolaan informasi dan pusat informasi.
Bicara soal perpustakaan lebih tepatnya perpustakaan yang berbasis buku dan tehnologi, saat ini dibeberapa negara bermodern sudah memperkenalkan perpustakaan baru yang berbasis human atau manusia, dalam artian manusia itu sendiri sebagai "buku" nya. Karena orang/manusia itu sendiri yang menjadi bukunya maka perpustakaan itu disebut sebagai human library.
Human library hadir karena melihat bahwa manusia bertumbuh dan berproses dan memiliki pengalaman sendiri yang bisa menjadi informasi untuk dibagikan dan dipelajari sama seperti membaca buku. Human library biasanya, menampilkan orang yang mendapat stigma, diskriminasi atau prejudiceuntuk bisa berkomunikasi langsung dengan orang atau masyarakat yang mencari tahu informasi langsung kepada korban, dimana informasi tersebut tidak bisa didapat dari buku atau media lain.
Karena manusia itu sendiri menjadi buku, maka bagi orang yang ingin menggunakan human library hanya datang ketempat dimana human library diadakan lalu bertemu dengan buku itu sendiri (orang) kemudian dilakukan wawancara atau dialog terkait informasi yang ingin dicari.
Manusia sebagai buku itu sendiri akan membantu pengguna untuk mematahkan prajudis dari apa yang kita pikirkan selama ini karena kita mendengar langsung dari orang yang mengalaminya. Human library merupakan wahana yang bagus untuk menantang pandangan kita yang dapat menimbulkan persepsi negatif dengan menstigma atau mendiskriminasi orang karena prilaku atau perlakukan mereka dimasa lalu untuk belajar mengetahui mengapa prajudis timbul atasnya. Human library ini sudah dilakukan hampir di 60 negara dan sangat membantu mengubah pandangan seseorang untuk lebih toleran dan menghapus prajudis bagi korban sosial punishment.
Di Indonesia saat ini, human library sudah mulai diperkenalkan untuk membantu masyarakat Indonesia untuk mengeliminasi pandangan prajudis terhadap seseorang, juga membantu meningkatkan rasa toleransi terhadap sesama. Diharapakan dengan kehadiran human library ini juga dapat memperkaya proses belajar mengajar di dunia pendidikan dengan menggunakan pendekatan baru.
Merubah pandangan negatif terhadap seseorang atau kelompok dengan belajar dari manusia sebagai buku, akan juga memperkuat nilai kebangsaan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H