Lihat ke Halaman Asli

Netty Yuli

Mahasiswa/Universitas Pendidikan Indonesia

Peran Huruf Kapital dalam Menegaskan Identitas Bangsa

Diperbarui: 18 Desember 2024   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Bahasa baru-baru ini merilis kampanye bertajuk "BANGGA, MAHIR, DAN MAJU DENGAN BAHASA INDONESIA" untuk memperingati Bulan Bahasa dan Sastra pada 28 Oktober 2024. Kampanye ini menyerukan pentingnya menjaga Bahasa Indonesia sebagai simbol kedaulatan bangsa di tengah globalisasi, terutama bagi generasi muda yang terpengaruh dominasi bahasa asing. Poster yang dirilis melalui media sosial resmi Kemendikbudristek menampilkan pesan utama dalam huruf kapital "BANGGA, MAHIR, DAN MAJU," yang secara semiotik melambangkan kekuatan dan urgensi nilai-nilai kebangsaan, seperti berpikir kritis, kreatif, dan berdaya saing. Hal ini menunjukkan peran Bahasa Indonesia dalam menjaga persatuan, kebanggaan nasional, serta kemampuan bersaing di kancah internasional. Melalui kampanye ini, Kemendikbudristek berhasil menyoroti pentingnya Bahasa Indonesia dalam memperkuat indentitas nasional. Di era golobalisasi yang semakin deras, pesan ini mengingatkan masyarakat untuk tidak hanya bangga menggunakan bahasa Indonesia tetapi juga menjadikannya alat berpikir kritis dan kreatif yang relavan dengan tantangan zaman.

Kajian ini relevan dengan topik proyek Isu-Isu Mutakhir, yaitu E-book yang telah dilaksanakan sebagai tugas UTS. Hubungan antara gambar kampanye "Bangga, Mahir, dan Maju dengan Bahasa Indonesia" dan E-book berjudul "Huruf Kapital dan Generasi Z Antara Ekspresi Diri dan Aturan Baku" terletak pada penggunaan huruf kapital. Pada frasa "BANGGA, MAHIR, DAN MAJU," huruf kapital digunakan sebagai elemen visual utama yang secara semiotik menonjolkan pesan tegas, serius, dan mendesak. Sementara itu, proyek membahas bagaimana generasi Z memaknai huruf kapital, baik sebagai alat ekspresi diri di media sosial maupun dalam kaitannya dengan aturan baku bahasa. Dalam konteks ini, penggunaan huruf kapital dalam kampanye dapat dilihat sebagai upaya menyesuaikan gaya komunikasi dengan generasi muda, yang menggabungkan aturan baku dengan penekanan ekspresi yang kuat.

Kampanye ini menargetkan generasi muda, termasuk generasi Z, yang kerap terpengaruh oleh dominasi bahasa asing dan tren komunikasi digital. Penggunaan huruf kapital dalam frasa "BANGGA, MAHIR, DAN MAJU" berfungsi untuk menarik perhatian generasi yang responsif terhadap pesan tegas dan langsung, seperti dalam komunikasi daring, di mana caps lock sering digunakan sebagai penegasan. Kampanye ini menyoroti bagaimana generasi Z menghadapi kontradiksi antara aturan baku dan kebebasan berekspresi, sekaligus mengedepankan Bahasa Indonesia sebagai simbol identitas bangsa di era globalisasi. Huruf kapital di sini bukan sekadar elemen komunikasi, tetapi juga sarana menegaskan nilai budaya dan kebangsaan. Relevansi kampanye dengan proyek ini terletak pada peran huruf kapital sebagai medium yang menjembatani tradisi aturan baku dan kebiasaan modern generasi Z, terutama dalam konteks media digital.

Dalam teori semiotik struktural Saussure, setiap tanda terdiri dari dua elemen utama: penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk fisik tanda, dalam hal ini huruf kapital, sedangkan petanda adalah makna yang mewakili. Dalam kampanye tersebut huruf kapital (penanda) pada frasa "BANGGA, MAHIR, DAN MAJU" secara visual menonjolkan kesan tegas, penting, dan mendesak. Sementara makna (petanda) yang ingin disampaikan, yaitu urgensi untuk mencintai, menguasai, dan memajukan bahasa Indonesia sebagai simbol kebangsaan. Huruf kapital digunakan sebagai simbol penegasan atas nilai-nilai nasionalisme yang ingin ditekankan kepada masyarakat, terutama generasi muda.  

Dalam teori semiotik struktural Saussure, setiap tanda terdiri dari dua elemen utama: penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk fisik tanda, dalam hal ini huruf kapital, sedangkan petanda adalah makna yang mewakili. Dalam kampanye tersebut huruf kapital (penanda) pada frasa “BANGGA, MAHIR, DAN MAJU” secara visual menonjolkan kesan tegas, penting, dan mendesak. Sementara makna (petanda) yang ingin disampaikan, yaitu urgensi untuk mencintai, menguasai, dan memajukan bahasa Indonesia sebagai simbol kebangsaan. Huruf kapital digunakan sebagai simbol penegasan atas nilai-nilai nasionalisme yang ingin ditekankan kepada masyarakat. Hubungan antara penanda (huruf kapital) dan petanda (makna kebangsaan dan urgensi) bersifar arbiter, tetapi kaitanya dengan kampanye ini, hubungan tersebut ditanamkan secara kultural. Huruf  kapital, yang umumnya digunakan untuk penekanan dalam aturan baku bahasa, diadaptasi dalam visualisasi modern untuk menciptakan makna tegas yang relavan dengan gaya komunikasi digital generasi Z.

Dalam semiotika, perubahan makna sebuah tanda tergantung pada konteks. Pada kampanye ini, huruf kapital biasanya diasosiasikan dengan formalitas aturan baku juga diadaptasi menjadi alat komunikasi yang relavan bagi generasi Z yang lebih akrab dengan huruf kapital sebagai ekspresi emosional atau penekanan dalam media sosial. Ini menjadikan huruf kapital sebagai elemen multifungsi: menjaga kepatuhan pada aturan baku, sekaligus menarik perhatian secara visual dalam konteks digital. Dalam kajian ini, huruf kapital dibahas sebagai tanda yang fleksibel di media sosial, sering digunakan secara bebas untuk mengekspresikan emosi, tetapi dalam konteks formal tetap tunduk pada aturan baku. Kampanye ini menunjukkan bagaimana tanda yang sama (huruf kapital) dapat menjembatani dua konteks tersebut: menciptakan pesan formal sekaligus tetap menarik perhatian generasi muda melalui elemen visual yang tegas.

Dengan menggunakan teori semiotika Saussure, huruf kapital dalam kampanye ini dapat dianalisis sebagai tanda yang efektif untuk menyampaikan makna identitas nasional dan nilai kebangsaan. Hubungan antara pendanda (huruf kapital) dan petanda (kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia) menciptakan pesan yang kuat, relavan, dan kominikatif bagi generasi muda. Kampanye ini, menunjukkan bagaimana bahasa (seperti huruf kapital) menjadi medium penting untuk menegaskan identitas dan nilai budaya dalam konteks globalisasi.

Kesimpulan dari kajian ini adalah bahwa penggunaan huruf kapital dalam kampanye “BANGGA, MAHIR, dan MAJU dengan BAHASA INDONESIA” memiliki relevansi kuat dengan proyek “Huruf Kapital dan Generasi Z: Antara Ekspresi Diri dan Aturan Baku.” Secara semiotik, huruf kapital berfungsi sebagai penanda yang menonjolkan urgensi, keseriusan, dan nilai kebangsaan yang ingin disampaikan. Kampanye ini berhasil menggabungkan formalitas dan relevansi kontemporer, mengadaptasi elemen tradisional untuk menyampaikan pesan yang tegas, menarik, dan relevan bagi generasi muda, sekaligus memperkuat identitas nasional di tengah arus globalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline