Lihat ke Halaman Asli

A

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

‘A!’.

‘Hadir Pak!’.Jawabkudengansuaralantang.

‘ApabenarnamamuCuma A saja?’.Tanya Pak guru denganmukasedikitheran.Akutidakkagetlagimendengarpertanyaanitu.Mungkin Pak guru adalah orang ke-100 yang bertanyaperihalnamaku.

‘Iya Pak, itunamapemberian orang tuasaya’. Jawabkusepertibiasasaat orang bertanyatentangnamaku. ‘Namapanggilanmusiapa?’.‘A thokpak!Hahahaha…’. (Thok: sajadalamBahasaJawa). Celetukseorangtemankelasdisambuttawariuhtemanlainnya.Akutidakmarahdenganceletukantersebutkarenasudahterbiasa.

SuatuhariakubertanyapadaIbu.

‘Bu. Kenapaakuduluhanyadiberinama A saja?

‘Bapak dan Ibumu pengen dalam hidupmu menjadi orang yang pertama dan selalu dibutuhkan seperti huruf A’. begitu kata Ibuku sambil lalu.

‘tapibu, kenapahanya A sajabukan Ahmad, Andiatau yang lainnya yang lebihkeren?’, tanyakulagibelumpuasdenganjawabanibu.

Sudahlah, yang pentingkanmaknanyabaikdankamusampaisaatiniselalunomorsatu di kelas.Berartidoa orang tuatidaksalahdalammembernamaanaknya’, ibumulaiberceramah.

BapakkubernamaZainudinsedangIbukubernamaZainab.Menurut hipotesisku mereka berdua memberiku nama A karena tidak ingin anaknya memiliki nama yang mengandung huruf Z. Karena huruf Z terletak di akhir, dalam daftar presensi Z juga selalu terakhir. Atau bisa juga dulu mereka memiliki pengalaman pahit dengan huruf Z. Mungkin nama A banyak mengandung hikmah suatu hari nanti.

Hmmm..terkadangakuiridenganteman-temanku yang namanyaterdiridaribanyakhuruf. Tapiakuselalumenghargainamapemberian orang tuaku. Memangbenardoa orang tuakuterkabuldenganmemberikunama A. dariSekolahDasarsampaisaatiniakuselalujuara 1 di kelasdandalamperlombaanapapun. Tentunyadenganusahajuga.

UjianNasional SMA telahtiba.Aku sibuk dengan soal setiap hari selama ujian berlangsung. Aku tidak mengalami kesulitan yang berarti selama ujian. Sekarang tinggal menunggu hasilnya. Setelah sebulan menunggu, hasil ujian sudah diumumkan. Dan aku bersyukur karena aku menjadi juara 1 tingkat provinsi dengan nilai terbaik.

Akuditerima di Universitasterbaik di negaraku.Dan akumulaidengankehidupanbaru di kampus.Lambat laun aku mengenal apa yang disebut dengan cinta. Seorang mahasiswi yang satu kelas denganku telah membuat hatiku berbunga saat melihatnya. Parasnya indah, baik tingkah dan polahnya mebuat lelaki manapun terpesona. Semakin hari aku memikirkannya, hatiku ingin lebih dari sekedar teman dengannya. Sungguh, perasaan macam apa ini.

Setelahmenyiapkanhatidan mental, akumengajakwanitapujaankumakansiang di kantinkampus. ‘Athoktumbennihngajakakumakan, adaacaraapani?’,tanyanyadenganwajah ceria. ‘Sekali-kali bolehkanmakanbarengsamakamu’, jawabkudenganmenyembunyikanperasaangalauhatiku.Selesai makan aku mengutarakan perasaanku,  ’Mmmm,, Ki,, sebenarnya aku mau bilang sesuatu sama kamu’, kataku memulai aksi. ‘Yaudah, tinggal bilang aja A’.

‘Sebenarnya, dari awal aku melihatmu ada sebuah perasaan yang mengusik hati. Semakin hari aku makin ingin lebih dekat denganmu. Ki apa aku boleh mengisi hatiku dengan hatimu?’, kata-kata itu akhirnya keluar dari mulutku. Diaterlihatbingungdanbimbang. ‘Eh..nggakharusdijawabsekarangkok’, kataku. ‘Mmmm..maafbangetya A, bukannyaakunggakmau. Kamu orang yang pintardanselalunomorsatu.Tapi aku nggak bisa jadian sama kamu karena namamu hanya A’, jawabnya serba salah. Dunia serasa kabur dalam pandanganku. Aku yang selalu nomor satu dalam hal apapun kali ini gagal dalam hal cinta. Oh, sungguhmalangnasibseorang A. Pupuscintanyakarenahanyamemilikinama A saja. Kisah A yang berakhirkarenacinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline