Dalam kita berinteraksi dengan orang lain, kita membutuhkan aturan komunikasi agar komunikasinya dapat berjalan secara efektif. Dengan itu setiap kita berkomunikasi pasti bergantung pada konteks, itu sebabnya tiap konteks berbeda-beda tergantung dengan situasi tertentu. Misalnya ketika kita berinteraksi dengan teman terdekat kita, kita memakai aturan komunikasi dengan cara berperilaku yang lebih santai dan tidak formal dalam penggunaan bahasanya. Berbeda hal nya ketika kita berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, cara berkomunikasi kita pasti lebih sopan dengan menghargai dan menghormati orang yang kita ajak bicara. Nah dalam hal ini, tiap kita berkomunikasi ditentukan dengan konteks komunikasinya yang seperti apa dan bergantung pada budaya di setiap negaranya. Budaya memainkan peran penting dalam menentukan aturan masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan konteks sosial yang berbeda. Melalui aturan-aturan inilah yang dapat memudahkan kita untuk berkomunikasi secara efektif, tetapi dengan adanya aturan komunikasi dapat menunjukkan keragaman budaya yang menyulitkan komunikasi antarbudaya karena memiliki standar yang berbeda sehingga dapat memungkinkan munculnya miskomunikasi (Samovar et al., 2017).
Menurut Samovar terdapat 3 konteks dalam komunikasi, terdiri dari bisnis, pendidikan, dan kesehatan. Dalam hal ini saya akan membahas konteks komunikasi lain yaitu konteks dalam hal fashion. Dengan berkembangnya globalisasi membuat perubahan yang signifikan terkhususnya perubahan di bidang fashion. Perubahan ini diawali dengan arus media yang sangat mengglobal dan cepat dalam penyebarannya. Munculnya kebudayaan barat juga menjadi salah satu yang membuat perubahan fashion di Indonesia. Fashion di Indonesia diawali dengan fashion yang sederhana dan tradisional, misalnya pada zaman kakek nenek ataupun orang tua kita, pada saat itu mereka mengenal fashion seperti baju kebaya dan itupun ketika ada acara khusus saja. Berbeda hal nya dengan anak generasi sekarang, dengan adanya internet dan media massa membuat mereka dengan mudah mencari informasi mengenai fashion di luar negara Indonesia. Hal ini yang membuat fashion di Indonesia berkembang dengan cepat dan meniru maupun memodifikasi fashion tersebut.
Melalui perkembangan globalisasi dan media massa membuat kita menjadi tahu akan tren fashion apa yang sedang populer di negara barat maupun negara lain. Selain itu, melalui fashion kita juga dapat belajar mengenai budaya-budayanya. Misalnya aturan budaya dalam berpakaian dan lain sebagainya. Oleh sebab itu dalam konteks fashion ini ditujukan untuk memberikan informasi mengenai bagaimana fashion dapat bervariasi antar budaya dengan memiliki tren fashionnya masing-masing di setiap negara. Misalnya di Indonesia meskipun kita kebanyakan mencontoh fashion dari negara luar tetapi kita masih tetap menggunakan ciri khas Indonesia dengan memasukkan unsur-unsur khas Indonesia, seperti hal nya batik. Awalnya baju batik ini hanyalah sebagai kain yang bisa dipakai oleh kalangan tertentu saja, tetapi dengan perkembangan zaman membuat kain batik bisa dipakai oleh semua kalangan, selain itu juga batik bukan hanya dibuat dalam bentuk baju saja, tetapi sudah banyak dibuat dalam bentuk cardigan, celana, dress, kemeja yang kekinian dengan mengikuti zaman modernisasi.
Dengan berkembangnya fashion di Indonesia membuat dampak positif dan negatif bagi budaya di Indonesia. Dampaknya banyak anak generasi sekarang dengan mudah terpengaruh akan fashion yang sedang berkembang, selain itu dengan banyaknya informasi yang didapat membuat kebudayaan fashion di Indonesia mulai luntur, karena lebih banyak mendapatkan informasi mengenai fashion luar saja. Dampak yang lain dapat membuat masyarakat memiliki pola hidup yang konsumtif untuk mengejar popularitas dan eksistensi di masyarakat maupun lingkungan sekitarnya. Selain itu membuat masyarakat memiliki sikap individualisme dan dapat menimbulkan imperialisme budaya. Imperialisme budaya merupakan sebuah teori yang membahas tentang negara barat yang mendominasi media di seluruh dunia sehingga apapun yang berasal dari budaya barat akan dianggap sebagai lebih bagus, menarik, dan modern dibandingkan dengan budaya yang berasal dari Timur. Akibatnya dengan banyaknya kebudayaan dari luar yang masuk dapat mempengaruhi budaya dari negaranya sendiri (Arisanty, 2018). Itu semua merupakan tantangan di setiap budaya.
Daftar Pustaka
Arisanty, M. (2018). IMPERALISME BUDAYA MELALUI PERANGKULAN BUDAYA LOKAL DI BALIK FILM JAVA HEAT. SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi, 11(2).
Samovar, L. A., Roy, C. S., McDaniel, E. R., & Porter, R. E. (2017). Communication Between Cultures. Cengage Learning.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H