Lihat ke Halaman Asli

Andriyanto

Mahasiswa Universitas International Batam

Melawan Konfirmasi Bias untuk Membangun Etika Internet yang Baik dalam Era Revolusi 4.0

Diperbarui: 2 Agustus 2020   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Semakin berkembangnya Teknologi Komunikasi dan Informasi yang biasa disingkat TIK membuat adanya beragam media termasuk media online. Dengan kemajuan TIK memudahkan serta efisien yang ditawarkan online dalam penggunaannya menjadikan media ini sebagai tempat penyebaran informasi yang sangat berpengaruh bagi masyarakat.

Saat ini penyebaran informasi/berita yang tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari semakin menjadi-jadi. dari survei yang telah kami teliti mengungkapkan bahwa masyarakat menerima hoax lebih dari satu kali di hari yang sama. saluran yang paling banyak ditemukan untuk penyebaran informasi sering ditemukan di media sosial.

Hal ini dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menanamkan fitnah dan kebencian. Hoax tidak bisa dihindari dengan masih ramainya kondisi politik Indonesia. Kondisi ini kerap dimanfaatkan sebagian orang demi kepentingan pribadi dan golongannya. Ditambahkan dengan bias konfirmasi dimana seseorang akan mencari informasi dan menemukan suatu informasi yang sesuai dengan biasnya atau kepercayaannya walaupun informasi tersebut belum tentu benar.

Hal tersebut menyebabkan terjadi pertengkaran di internet terutama di media sosial. Juga dari hasil empati kepada orang yang menggunakan internet setiap hari. Mereka takut membuat suatu isu dengan informasi yang tidak benar. Sehingga mendorong mereka untuk tidak menggunakan internet sebagai sumber informasi karena tidak mengetahui apakah informasinya betul ataupun hanya sebuah hoax saja.

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Sebelum kita menjelaskan apa itu industri revolusi keempat, kita harus mengetahui apa saja industri revolusi yang ada sebelumnya. Menurut Klaus Schawb dari buku The Fourth Indusry, industri revolusi yang pertama, adalah revolusi yang mulai dari 1760 sampai 1840, dimana dengan produksinya kereta api dan mesin uap yang menyebabkan terjadinya perkembangan produksi secara mekanis.

Lalu revolusi kedua dimana mulai dari abad ke-19 sampai awal abad ke-20 dimana produksi secara massa ataupun dengan jumlah banyak serta berkembang dan mulai menggunakan listrik pada produksi. Lalu industri revolusi yang ketiga di mana mulai pada 1960 sampai 1990, dimana produksi lebih di digitalisasi  karena itu revolusi ini sering dipanggil sebagai revolusi computer ataupun revolusi digital. Ia terjadi karena pengembangan semiconductors, mainframe computing, personal computing dan internet.

Sekarang kita sudah mulai masuk ke era revolusi 4.0. Dengan berkembangnya internet seluler, sensornya makin murah dan semakin kecil, dan juga artificial intilligence dan machine learning. Selain dari itu juga mulai menggunakan internet of things dan juga mulainya automasi tehadap pabrik sehingga tidak perlu manusia lagi. Menurut sebuah artikel yang tulis oleh Bernard Marr. Revolusi keempat ini mengambungkan dunia fisik, dunia digital, dan dunia biologis. Dengan teknologi baru ini akan mengubah semua disiplin ilmu, ekonomi, dan industri, dan bahkan menantang gagasan kita tentang apa artinya menjadi manusia.

Efek dari perkembangan teknologi juga diterasakan oleh Indonesia dimana Kementerian Perindustrian telah merancang sebuah peta jalan bagaimana Indonesia dapat ikut era revolusi 4.0. Ditambahkan juga semakin bertambah pengguna internet pada Indonesia dimana  dari laporan We Are Social, yang dilakukan pada Januari 2020 pengguna internet adalah 64% berjumlah 175,4 juta pengguna internet, memiliki kenaikan 17% atau 25 juta pengguna internet. Ini menujukkan semakin banyak orang memiliki akses internet.

Dengan menambahnya pengguna internet maka Teknologi Komunikasi dan Informasi yang biasa disingkat TIK yang berfungsi untuk menyebarkan informasi dan berita-berita yang terjadi sekarang memiliki pengaruh besar kepada penduduk di Indonesia. Walaupun informasi yang disebarkan hampir gratis tetapi ada berapa penyebaran informasi yang palsu atapun disebut sebagai hoax ataupun kurang objektif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline