Lihat ke Halaman Asli

Kesehatan Lansia: Pengaruh Senam Ergonomik Lansia terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

Diperbarui: 28 November 2023   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENGARUH SENAM ERGONOMIK LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI

Neta Eka Aprilia

Prodi S1 Keperawatan, STIKes Mitra Keluarga Bekasi Timur

Lansia saat ini sedang mengalami perubahan status fisik, psikologis, dan sosial ekonomi (Windri et al., 2019). Hal ini menjadi landasan penting dalam merencanakan berbagai program kesehatan bagi penduduk lanjut usia (Kiik, S. M, 2018). Lansia merupakan kelompok yang mencapai usia 60 tahun dan merupakan tahap akhir dari siklus hidupnya, serta akan mengalami proses penuaan berkelanjutan yang ditandai dengan menurunnya ketahanan fisik (Sasono, 2019). Lansia merupakan kelompok rentan yang kesehatannya menurun secara alami atau karena proses penyakit. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan manusia adalah hipertensi (Windri, Sanubari, & Sanubari, 2019). Hipertensi pada lansia sering terjadi akibat vasokonstriksi terkait penuaan sehingga mengakibatkan resistensi perifer (Rahmiatiati dan Zurijah, 2020).

"Prospek Populasi Dunia" menunjukkan bahwa populasi dunia yang berusia 60 tahun ke atas telah mencapai 900 juta, atau merupakan 12% dari populasi dunia. Lansia adalah orang yang berusia >60 tahun. Pada tahun 2019, Indonesia memasuki era penuaan populasi dan jumlah penduduk lanjut usia meningkat. Jumlah penduduk lanjut usia sebanyak 25,9 juta (9,7%) pada tahun 2019 dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 48,2 juta (15,77%) pada tahun 2035 (Kementerian Kesehatan, 2019).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang dikenal dengan PTM. Banyak orang yang menderita tekanan darah tinggi, terutama orang lanjut usia, namun remaja dan orang dewasa juga bisa menderita tekanan darah tinggi (Ningtias et al., 2023). Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah seseorang meningkat melebihi batas normal. Tekanan darah tinggi ini dapat menyebabkan sakit kepala dan kemungkinan kematian. Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila tekanan darahnya melebihi batas normal, yaitu lebih dari 140 mmHg untuk tekanan sistolik dan 90 mmHg untuk tekanan darah diastolik. Tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang umum. Namun penyakit darah tinggi harus segera diobati karena penyakit darah tinggi dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, antara lain: penyakit jantung, gagal jantung, stroke, penglihatan, gagal ginjal, hingga komplikasi yang bahkan dapat berujung pada kematian.

Menurut data World Health Oganization, tahun (2020) terdapat sekitar 1,13 miliar kasus hipertensi, yang berarti satu dari tiga orang di seluruh dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlah penderita hipertensi akan meningkat sekitar 1,5 miliar di negara-negara di dunia, termasuk Indonesia (Rahayu, 2023). Kemenkes, (2018) mengungkapkan bahwa prevalensi hipertensi pada lansia di Indonesia meningkat pada tahun 2018. Dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2013, ditemukan bahwa prevalensi hipertensi pada lansia di Indonesia meningkat dari 25,8% menjadi 34,1% pada tahun 2018. 2018 (Andri., 2020). Prevalensi di Provinsi Jawa Timur (36,8%) lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional (34,1%) (Aryatika et al., 2021). Menurut Puskesmas Pacitan tahun 2021, jumlah penduduk lanjut usia yang menderita hipertensi sebanyak 6.211 jiwa dan di wilayah Nawangan sebanyak 1.290 jiwa (Dinkes, 2022).

Penyebab pasti dari tekanan darah tinggi tidak diketahui, namun gaya hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap kondisi tersebut. Ada beberapa faktor yang membuat Anda berisiko terkena tekanan darah tinggi, seperti usia (50-60 tahun), jenis kelamin, merokok, gaya hidup tidak aktif (yang dapat memicu obesitas), makanan tinggi lemak dan berkalori tinggi, serta konsumsi alkohol. , konsumsi garam dan tekanan dalam jumlah besar. Mengurangi faktor risiko ini merupakan hal mendasar bagi petugas kesehatan untuk melakukan intervensi (Tirtasari et al., 2019). Jika tidak diobati, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan ensefalopati (kerusakan otak).

Pengobatan penyakit hipertensi secara medis adalah dengan meminum obat antihipertensi yang diperoleh dari pelayanan kesehatan dan rumah sakit. Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologi adalah aktivitas fisik atau olah raga melalui terapi non farmakologi yaitu senam ergonomis. Latihan ergonomis merupakan cara yang praktis dan efektif untuk menjaga kesehatan manusia, yaitu menurunkan tekanan darah melalui latihan ergonomis secara teratur (Salsabila & Rejeki, 2022).

Memperbaiki secara fisik dan meningkatkan fungsi jantung, aliran darah, sistem pernafasan, kekuatan otot dan daya tahan. Secara mental manfaatnya adalah kemampuan mengendalikan diri melalui latihan ergonomis, mengurangi dan menghilangkan stres, serta melatih lansia untuk berkonsentrasi (Eviyanti et al., 2021). Olahraga ergonomis merupakan salah satu jenis olahraga yang dapat membantu meningkatkan kesehatan lansia dan menurunkan risiko penyakit seperti asam urat. Hal ini dilakukan melalui gerakan-gerakan yang memperhatikan prinsip ergonomis, seperti memperhatikan postur tubuh yang benar dan tidak memberikan tekanan pada otot. Senam ergonomis ini merupakan salah satu alternatif terapi yang efektif bagi penderita tekanan darah tinggi, terutama lansia. Selain membantu menurunkan tekanan darah tinggi, olahraga ergonomis dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan lansia secara keseluruhan. Senam ergonomis dapat menurunkan tekanan darah karena dapat membantu memulihkan posisi dan kelenturan sistem saraf sehingga darah dapat mengalir dengan lancar ke otak. Senam ergonomis dapat segera membuka, membersihkan, dan mengaktifkan berbagai sistem tubuh seperti sistem kardiovaskular. Selain itu, dapat meningkatkan vasodilatasi dan mengurangi resistensi pembuluh darah perifer. Jika elastisitas pembuluh darah meningkat, maka pembuluh darah menjadi lebih elastis dan darah yang dipompa jantung menjadi lebih lancar (Astuti & et al., 2022). Namun latihan ergonomis sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan dan bimbingan tenaga medis yang berkompeten agar dapat memberikan manfaat terbaik bagi kesehatan.

Latihan ergonomis membantu untuk mengembalikan kelenturan sistem saraf dan aliran darah yang lebih baik sehingga pembuluh darah cepat rileks saat jantung memompa darah. Pembuluh darah yang rileks dapat menurunkan tekanan darah. Manfaat yang diperoleh dengan melakukan rutinitas olahraga ergonomis ini antara lain mengaktifkan fungsi organ tubuh, menghasilkan bioelektrik internal, melancarkan sirkulasi oksigen yang cukup dalam tubuh, membuat tubuh terasa segar dan berenergi, mengobati berbagai penyakit yang menyerang tulang belakang, serta membantu untuk mengobati radang sinus dan asma. , meningkatkan ketahanan fisik dan mengontrol tekanan darah tinggi (Tiara Sri et al., 2020). Kegiatan senam rutin sebanyak 3 kali sangat bermanfaat dalam mengendalikan tekanan darah tinggi 15-45 menit dalam seminggu mempunyai efek baik bagi lansia Pada penderita hipertensi dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. selama berolahraga Ini menghasilkan efek yang mirip dengan beta-blocker, yaitu menenangkan sistem saraf simpatik dengan cara berikut: Mengakibatkan penurunan aktivitas simpatis, reseptor hormon, dan fungsi hormon (Widjayanti et al., 2019).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline